Sunday, May 31, 2009

Hidup Adalah Sebuah Proses

Dear Momo,

Kalau ngikutin postingan seorang Rudi Muliyono di milist MM, saya jadi makin "ngeh"
Kalau memang setiap manusia itu selalu punya masalah...
Sekarang tinggal gimana setiap manusia itu menyikapinya.
Rasa kesepian, rasa takut kekurangan... Normal banget kan? Saya ngerasain!
Dan ternyata, Momo juga! :-)

Setiap baca postingan2 Momo, jadi suka ngerasa, gw banget yah? Ehmmm maksud, kok gw juga gitu?
Saya belajar buanyak banget dari seorang Momo lewat tulisan-tulisannya Dan beberapa kali temu muka :)
Bukan hasil yang di fokusin, tapi proses hidup itu sendiri. Bukan juga orang lain yang disalahin untuk apa yang terjadi sama diri kita.
Proses yang baik, gak usah mikir hasil, kalau orang tua saya selalu bilang,
"Gusti Allah ora sare" masa iya sih, kalau prosesnya udah baik, hasilnya amburadul?
Allah kan Ga pernah tidur!

Mo, saya seneng banget udah di Bantu untuk melewati tangga-tangga awal pembelajaran.
Dulu, saya selalu liat Dan mau loncat ke tangga paling atas. Tanpa mau melewati Dan membersihkan
Program2 di tangga-tangga pertama.
Tapi, dengan melihat kamu Dan belajar dari kamu, saya gak lagi mau tergesa-gesa.
Beresin dulu yang sekarang...
Thank you yah Mo....
Saya nyaman banget kalau cerita sama kamu, se frekwensi kali yah? :-)
Pokoknya terima kasih banyak!

Salam,
Erita

Saturday, May 16, 2009

Sungguh Tak Kuduga!

Selamat malam Pak Rudi,

Pertama-tama saya hendak mengucapkan banyak terima kasih pada Pak Rudi. Sungguh saya dulu tidak mengira bahwa saya bisa berubah begitu banyak seperti sekarang ini. Saya yang dulu sering merasa canggung dan pemalu, tidak berani menegur orang lebih dulu, sejak saya diterapi mulai berubah jadi lebih santai, suka bersosialisasi dan tidak canggung lagi. Rasanya nyaman sekali. Dan perubahan ini berlangsung terus sampai sekarang sehingga saya makin merasa nyaman dengan diri saya sendiri, dan makin percaya diri. Dulu saya pikir supaya saya bisa percaya diri saya harus ikut John Robert Powers atau sebangsanya, ternyata hanya dgn diterapi Pak Rudi saya sudah mendapatkan itu. Dan saya juga berterima kasih atas kesediaan Pak Rudi untuk membimbing saya via email dan chatting sehingga saya bisa menyembuhkan luka batin saya, sehingga sekarang saya bisa lebih sabar, tidak mudah panik dan lebih tenang. Terima kasih banyak Pak Rudi, God bless you always.

Salam hangat

Mary

Sahabat, Guru dan Temanku ^_^

Perkenalan saya dengan dunia pikiran dimulai dengan satu cerita seru seorang sahabat saya bernama Rudi Muliyono yang saya kenal sejak 5 tahun lalu. Suatu hari, Rudi atau yang biasa saya panggil Momo ini bercerita bagaimana hebatnya pikiran manusia lewat pengalamannya mengikuti SuperCamp V di Jakarta, Mei 2006 silam. Cerita dan pengalaman yang begitu menginspirasi, yang hingga kini selalu saya syukuri. Karena inspirasi cerita itulah yang membawa kaki dan hidup saya kini untuk bertemu dengan banyak teman baru serta guru-guru kehidupan yang senantiasa membagi ilmunya bagi dunia. Hal yang dulu tak pernah sedikitpun terpikirkan oleh saya.

Awalnya saya dan Momo berkenalan di dunia maya lewat salah satu bisnis online yang kami geluti. Dari awal saya kenal pria berkulit putih ini dia sudah biasa jadi selebritis milist hahahaha... Kepandaiannya serta kemauannya untuk selalu belajar agar jadi yang terbaik di bidangnya , membuat banyak orang berdecak kagum. Saya salah satunya. Dan beruntunglah saya, ternyata Momo ini adalah orang yang tidak pelit ilmu. Selama 5 tahun ini, saya terus menerus belajar dari dia. Bukan lagi soal bisnis online tapi kehidupan.

Buat Anda yang masih punya pola pikir bahwa usia muda artinya belum bijaksana, buat saya artinya Anda belum bertemu dengan sosok satu ini. Kemauannya yang luar biasa untuk menemukan jati diri dan hakekat hidupnya di dunia, menghantar Momo menuju berbagai kesadaran melalui pengalaman hidup yang mencengangkan. Selalu bangkit dan belajar sesuatu dari tiap kejadian serta membuatnya sebagai pelajaran yang dipahaminya dengan benar, membuatnya matang.

Bagi banyak orang, termasuk saya, Momo ini adalah sahabat serta salah satu guru kehidupan saya yang terbaik. Sebagai terapis, ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hipnoterapi dikuasainya dengan baik. Saya banyak kali dibantu beliau dalam menemukan berbagai hambatan hidup berdasarkan memori buruk atas berbagai pengalaman hidup saya selama ini. Di kursi terapinya yang empuk, saya berkali-kali serasa dihidupkan kembali dengan kelegaan dan pemahaman baru mengenai hidup ini.

Tidak hanya itu, saya juga sering dibangunkan kembali saat chatting oleh Terapis satu ini. Tanpa saya sadari, Momo mengajarkan, mengarahkan saya banyak hal bijak dan juga potensi-potensi diri yang tadinya tak saya sadari hanya lewat chatting. Perubahan ini tak hanya memberi dampak baik bagi saya, namun juga bagi setiap relasi yang saya bangun dengan sesama dan keluarga.

Berkat bantuan seorang sahabat baik sebaik Momo ini, saya kini bisa menatap hidup saya sebagai satu perjalanan yang mengasyikkan, yang membahagiakan penuh berkat dan cinta dari sesama dan semesta.

Semoga semua hidup berbahagia
Saya mengasihi Anda semua...

~ Dwi Yuniarti Dharmanto, 30, copywriter ~

Friday, May 15, 2009

Halo!

Dear pembaca,


Salam ketemu di blog saya ini. Blog ini masih baru. Jadi, belum semua isinya terposting. Sambil menunggu banyak tulisan baru saya dikumpulkan dan ditulis lagi, Anda bisa menikmati tulisan-tulisan yang ada saat ini yang termasuk dalam kategori BASIC atau mendasar sehingga lebih mudah dimengerti. Sebagian besar saya ambil dari guru-guru saya yang sangat mumpuni dan pakar dalam mind technology. Tulisan-tulisan yang lebih ADVANCED akan menyusul kemudian. Silakan meninggalkan komentar dan pertanyaan jika Anda menginginkannya. Saya akan menjawab sesegera mungkin. Semoga isi blog ini dapat bermanfaat bagi Anda.

Terima kasih.


Rudi Muliyono

Langsing Dengan Hypnosis

Dear Pak Momo,


Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Hypnoslim yang begitu singkat namun juga begitu dahsyat.
Setelah di terapi, esok harinya langsung celana saya terasa longgar, dan badan saya terasa lebih ringan.
Apakah efeknya langsung begitu terasa?, saya sendiri sampai terheran-heran, kok cepat banget.
Pikirku mungkin celanaku yang sudah molor karena udah di pake 2 hari, he…, tapi ternyata sampai di kos saya coba
Pake celana yang lain, hasilnya juga sama, terasa longgar.
Sebelum di terapi sama Pak Momo, saya sempat diet kira2 2 minggu, sangat tersiksa, pagi dan malam makan apel,
Baru siang hari makan nasi. Saya tidak suka makan buah jadi pada waktu itu saya benar2 maksa sampai2 setiap kali makan rasanya pengen muntah.
Malam hari juga saya membiarkan diri saya kelaparan, hingga pencernaan saya juga terganggu sampai kadang 2/3 hari baru bisa buang air besar.
Makanya ga banyak efeknya ke tubuh saya, yang ada malah sering bad mood.
Tapi setelah di terapi, saya berani makan apapun, dan kapanpun asal tiak sampai berlebihan, kalo sampai berlebihan maka perut langsung memberi isyarat.
Sekarang saya juga lebih bisa mengontrol selera makan, karena kalo sudah kenyang sudah ga pengen makan apa2 lagi.
Kalo dulu, heemmm hajar terusss, he….
Pencernaan saya juga semakin lancar, meskipun saya tetap tidak makan malam, (bukan maksa tapi memang ga pengen), pagi harinya tetap lancar.
Sampai saat ini saya masih belum berani timbang badan, ya.. Nanti aja dulu deh.. ^_^
Kalo ini sudah benar2 terlihat hasilnya, saya ingin belajar hypnoslim biar bisa bantu teman2 saya yang ingin langsing dan tetap sehat.
Demikian curhatan saya (mo ngucapin terima kasih malah curhat, he..)
Terima kasih Pak Momo… ^_^

Salam
Heni K

Merasa Terlahir Kembali

Halo Hari (katanya jangan dipanggil Pak yah? Maaf kalau salah), dan semua anggota milis Money Magnet.
Salam kenal. Saya Nel, sudah join di milis yang luar biasa ini sekitar 1 bulan, maaf baru posting sekarang.
Saya belajar banyak dari teman-teman, dan pengalaman-pengalaman yang dibagikan teman-teman di sini mengingatkan saya untuk take action daripada terus menunggu, menganalisa atau mempertanyakan kebenaran atau keampuhan suatu metode.

Email Hari mendorong saya untuk berbagi pengalaman.

Hari, sebelumnya saya ucapkan selamat karena telah menemukan mental block yang ada dalam diri Hari.
Mengapa selamat?
Karena banyak orang yang kesulitan mengenali mental blocknya, tidak menyadari, atau bahkan menyangkal.
Kalau tidak pernah menyadari, tidak akan bisa disembuhkan, dan akan terus menjadi penghalang, padahal di luar sana begitu banyak peluang yang terbuka (karena LOA bekerja terus tanpa henti).

Saya juga pernah seperti Hari, tidak percaya diri, kalau bertemu orang bingung bagaimana memulai percakapan, berusaha menghindari mata teman bicara (seperti kata Pak Johansyah, bukan lawan bicara :) ).
Dalam kelas atau seminar, meskipun punya banyak pertanyaan karena saya orang yang selalu ingin tahu lebih banyak, tapi berat sekali untuk mengangkat tangan.
Berbagai macam pikiran bermain, seperti "pertanyaannya bego gak yah?", "perlu gak yah ditanyain?", "mengganggu orang lain gak yah kalau saya tanya?".
Ketika sudah meniatkan diri untuk tidak mengindahkan apa kata orang pun, tangan serasa ada yang menahan.

Lama sekali saya membawa emosi negatif tersebut.
Ketika menyadari adanya emosi negatif tersebut, saya menyangkalnya.
Tadinya saya berpikir mungkin karena saya orang yang pemalu.
Ketika saya merasa tidak kompeten dalam "menjual diri", saya mencari alasan dengan mengatakan "kalau harus mempromosikan diri sendiri kok rasanya seperti orang sombong atau pamer yah?".
Padahal kalau melihat orang lain mempromosikan diri sendiri, saya melihat itu sebagai hal yang wajar.
Sulit sekali menerima bahwa saya tidak percaya diri, mengingat saya yakin dengan kemampuan saya, di sekolah selalu menjadi salah satu yang terbaik, di lingkungan pekerjaan saya selalu memberikan kontribusi terbaik dan tidak pernah mengecewakan.

Bahkan orang lain pun mungkin akan sulit percaya meskipun terlihat dari bahasa tubuh. Beberapa kali saya diingatkan "loe jangan begini begini begini... kayak orang gak percaya diri", "berpikir positif, jangan mikir yang aneh-aneh, bla bla bla...".
Saya juga membaca buku-buku dan mengikuti seminar pengembangan diri dan motivasi, tapi tetap tidak bisa mengendalikan emosi-emosi negatif tersebut.
Sampai saya berpikir ini cuma pikiran saya saja, saya mengada-ada, dan lain-lain.

Sampai bertemu buku Pak Adi "The Secret Of Mindset" (buku yang sangat membuka mata dan pikiran), saya menyadari bahwa hal-hal yang saya rasakan itu wajar dan akhirnya mengingatkan saya akan luka masa lalu yang menyebabkan terjadinya mental block itu.
Dan thank God, sudah diterapi oleh Pak Adi dan Pak Rudi (Momo).
(Pak Adi dan Pak Rudi, terima kasih banyak, saya merasa terlahir kembali. I can't thank you enough. God bless you)

Saran saya untuk Hari:
1. Apapun emosi negatif yang ada, terimalah. Emosi itu ada sebagai pesan.
2. Jika hanya ingin menghilangkan emosi negatif tersebut, bisa dengan EFT (ada di "The Secret Of Mindset").
Emosi negatif biasanya adalah efek dari luka hati atau mental.
Kalau lukanya (core issue) tidak disembuhkan, kemungkinan emosi negatifnya akan muncul lagi.
Jika setelah EFT sembuh dan kemudian muncul lagi, tidak apa-apa, biasanya intensitasnya sudah berkurang, silakan EFT lagi.

3. Tetapi jika ingin mencari tahu penyebab dari emosi negatif tersebut, bisa dengan Ego State Therapy (dengan arahan CD EST yang ada di buku Hard Cover "The Secret Of Mindset").
Jika tidak menemukan apa-apa, jangan kuatir. Mungkin pikiran bawah sadar kita akan berkomunikasi atau memberi pesan lewat mimpi atau kesempatan lain.

4. Jika emosi negatifnya berat dan mengganggu sekali, hubungi terapis.

Semoga bisa sedikit menjawab pertanyaan Hari dan semoga Hari bisa mengatasi mental block yang ada.

Hari, you are great!

Warm Regards,
Nel


Taken from http://asia.groups.yahoo.com/group/money_magnet/message/11267

Kembali Damai Dengan Orang Tua

Dear temen2 money magnet…

Perkenalkan, nama saya Damayantie.

Saya sudah agak lama juga ikut di milis ini stelah membaca buku BaMM, tapi cuman jadi pembaca aja, belum berani nulis dan kasih komentar…

Cerita dibawah yg diposting oleh Pak Momo ini adalah cerita saya.

Sebenarnya pengen langsung nulis begitu cerita ini diposting, tapi karena kesibukan, jadi tertunda, baru bisa sekarang…

Awalnya, setelah membaca buku BaMM, saya tertarik sekali, karena merasa inilah buku yg saya cari. Hampir semua buku karangan Pak Adi saya beli dan baca habis, kesimpulannya : Saya harus bertemu beliau utk membantu masalah saya, saya coba kirim email ke beliau, ternyata beliau baru bisa ada waktu sekitar bulan September, which is saya yg gak bisa karena anak saya sudah masuk sekolah dan gak ada yg ngantar kalo dia sekolah, tetapi keinginan saya utk menyelesaikan masalah saya itu sangat besar, jadi setelah berdiskusi dengan suami, kita coba utk cari di Jakarta, karena kita sudah familiar dengan kota itu dibanding Surabaya.. Lalu saya coba cari tau dari Ibu elly, siapa aja murid beliau di Jakarta, dan dapatlah nama Pak Momo ini…

Awalnya saya dan suami agak ragu, kira2 bisa gak ya muridnya Pak Adi menerapi kami (saya terutama..), karena saya merasa masalah saya sangat kompleks, saya sempat agak ragu dan rada2 gak percaya...

saya sampai kirim email ke pak Adi loh, menanyakan Pak Momo ini, dan hilang keraguan saya saat Pak Adi reply email saya dan bilang : Ibu, saya SANGAT MEREKOMENDASIKAN Pak Rudi Momo sebagai terapis ibu...

jadilah kami berangkat ke jakarta...

Sebenarnya sih, waktu di Kompas, wajahnya pak Momo ini udah liat, tapi pas ketemu..wuih… ternyata orangnya jauh lebih slim daripada fotonya dan jauh lebih muda loh…

Asyik juga ternyata begitu tau pak momo ini orang yg heboh, sedikit perfeksionis. .tapi baik hati…

Sesi terapi saya dan suami berlangsung 2 hari, saya memilih aspek yg saya rasa sangat berat dan benar2 membuat saya tidak nyaman, yaitu hubungan dengan orang tua…

Bagaimana proses terapinya, kalo saya cerita bisa jadi 5 halaman nich…(belum lagi bagian saat saya menghabiskan stok tissue nya pak momo…hehehe…)

Intinya, saya diajak utk berdamai dengan orang tua saya…semua kemarahan dan rasa benci saya pada orang tua saya tumpahkan, dan setelah semuanya terbuang habis, saya memeluk orang tua saya dan berdamai dengan mereka…saya bisa tersenyum, dan memandang mereka dengan perasaan plong…duh leganya…

Nah, sisanya pas pulang ke Balikpapan…seperti yg teman2 baca…(Saya saja masih heran kog..)

Dan sampai sekarang, saya bisa biasa aja ke orang tua, gak ada lagi perasaan takut, khawatir or perasaan gak enak...kalo dulu, mo telp orang tua aja, mikir 1000 kali, kalo sekarang, jadi sering2 telp, soalnya rencana bisnis yg ditawarin oleh ayah saya akan segera terealisasi bulan September... Puji Tuhan... J

Sebenarnya masih banyak sih masalah saya yg saya ingin diterapi...( Pak Momo, masih nyimpan gak catatan saya??? Hehehe...) Tapi seperti kata beliau, terapi gak bisa sekaligus, ntar bawah sadarnya bingung mo jalanin yg mana duluan....jadi ya...sabar.. .ditambah syukur, bahagia dan pasrah...

Buat teman2 yg merasa stuck dengan masalah dan butuh bantuan terapis, jangan salah pilih terapis ya...seperti yg pak Adi bilang di artikel beliau, hati2 saat memilih hypnoterapist, harus yg benar2 client centered, bukan terapist centered, seperti yg sudah saya rasakan...Pak Momo...thank you !

Oya, saya juga sudah mendaftar ikutan QLT bulan November mendatang (mumpung masih early bird), berharap bisa menimba ilmu yg banyak utk lompatan kehidupan saya selanjutnya. ..dan bertemu dengan idola saya, Pak Adi, Pak Aries, Ibu Elly....dan Pak Rudi ”Momo” Mulyono....cihui! !!

Ayo...mari kita raih kesuksesan bersama !!!

Salam Berkelimpahan,

damayantie

----- Original Message ----
From: Rudi Muliyono
To: money_magnet@ yahoogroups. com
Sent: Monday, August 4, 2008 11:04:00 AM
Subject: [Money Magnet] Curhat Setelah Terapi <== Perubahan dalam hidup setelah sesi terapi ^_^ Email ini saya posting kemari atas ijin kliennya dan juga Pak Adi. Dari cerita klien ini membuktikan bahwa SEGALA HAL MUNGKIN dan bisa terjadi setelah terapi. Dan hasil-hasil terapi ini seringkali JAUH MELEBIHI dugaan baik klien maupun terapisnya. Ini semua tergantung kondisi kliennya. Kalau sudah siap berubah dan berani bayar "harga"nya (ada tanda kutip, berarti bukan soal duit aja, yang terpenting adalah kemauan). Hanya 1-2 sesi saja berubahnya sudah bisa drastis kayak cerita di bawah ini. Tulisan bagian atasnya adalah jawaban dan tanggapan saya. Bacanya mulai dari yang paling bawah dulu ya. Vinsens Gerardo Rudi Muliyono, C.Ht. Client Centered Hypnotherapist ----- Original Message ----- From: "Rudi Muliyono" <rudi.muliyono@ gmail.com>
To: Mrs. D
Sent: Thursday, July 31, 2008 1:06 AM
Subject: Re: Curhat setelah Terapi

> Dear Bu D,
>
> Yang sudah diterapi waktu itu memang titik beratnya masalah dengan orang
> tua. Sesi yang pertama adalah untuk mengatasi masalah yang Anda bilang ini
> loh "saya juga tidak pernah minta utk diikutkan karena saya merasa gak
> enak dan gak pantas". Ini yang paling penting :-) Saya meletakan fondasi
> HARGA DIRI pada Ibu D. Seperti penjelasan saya sebelumnya, salah satu ciri
> harga diri yang rendah yang paling kelihatan adalah rasa tidak pantas
> (malu/shame) . Nah, berhasil kan. Setelah ini diberesi, tanpa Ibu minta aja
> ditawari.. Selama Ibu merasa ga pantas, orang lain yang mau nawari juga
> jadi ga yakin dan jadi merasa sungkan omong sama Ibu. Jadi, terapi yang
> kemarin itu bisa dinilai sangat berhasil ya karena aspek yang mau diterapi
> kena semua dan langsung kelihatan hasilnya. Termasuk bisa menghadapi orang
> tua dengan hasil ini: "Pas ketemu ayah, jess...perasaan kog ada yg aneh
> ya?? saya cium tangan beliau seperti biasa, trus duduk lagi di ruang tamu.
> Beliau juga duduk. Kami berempat (Saya, suami, ibu, ayah) ngobrol2.
> Obrolan berlangsung biasa2 saja, tetapi perasaan saya yg awalnya deg2an,
> perlahan mulai hilang, dan saya bisa menikmati obrolan tersebut"
>
> Soal aspek yang ini:
> 1) takut gelap
> 2) mau jual mobil
> 3) perasaan ga enak waktu mau prospek orang
>
> Memang belum diterapi karena aspek ini beda sama yang kemarin itu,
> sementara dalam waktu bersamaan ga bisa terapi banyak hal sekaligus. Nanti
> pikiran bawah sadarnya bingung program mana yang mesti dijalanin duluan.
> Sesi pertama Ibu adalah peletakan fondasi dasar kesuksesan yaitu harga
> diri dan percaya diri bahwa Ibu boleh dan pantas untuk sukses dan bahagia,
> belum restructuring secara spesifik. Sesi ke-2 Ibu saya bantu
> restructuring untuk hubungan dengan orang tua.

> Afirmasi Ibu sudah benar kok, memang kadang butuh proses supaya afirmasi
> itu jalan. Kalau gak jalan-jalan pasti karena ada mental block. Rasanya
> terapi berikutnya kita sudah bisa masuk ke bidang finansial ya.
>

> Soal RBM, tools ini sangat powerful. CUMA, ada cumanya hehehe...Tools ini
> baru bisa dipakai dan berjalan dengan baik setelah serangkaian sesi
> terapi. Makanya, RBM baru dikasih setelah orang ikutan Supercamp. Karena
> di Supercamp biasanya bisa sampai 8 sesi terapi semuanya terutama untuk
> menunjang bidang finansial. Jadi, kalau Bapak dan Ibu kerjakan saat ini,
> mungkin ga terlalu ada gunanya. Penjelasannya pun sangat kompleks dan
> panjang. Gak bisa dijelasin pake email. Bingung ane jelasinnya gimana :p
> Di Supercamp untuk menjelaskan RBM Pak Adi biasanya mengambil waktu 1-2
> jam. Mungkin ada baiknya Ibu ikutan QLT Ws karena workshop ini jauh lebih
> lengkap lagi dan formatnya berbeda dari Supercamp, disempurnakan dan
> banyak tambahan. Terus yang "dibenahi" ga cuma aspek finansial aja. Sesuai
> namanya, lompatan kuantum dalam kehidupan.
>
> Oke, saya tunggu kedatangannya ya. Saya senang sekali menerima dan membaca
> email ini. Kemajuan Ibu luar biasa :-) Dilanjutkan dengan bahagia, ikhlas
> dan pasrah ya Bu. Saya senang pada orang-orang yang mau maju dan berubah
> seperti Ibu dan Bapak. Silakan email saya jika merasa perlu dan ada
> pertanyaan. Saya akan menjawab selengkap dan sebaik mungkin.. Terima kasih
> ya.
>
>
> Vinsens Gerardo Rudi Muliyono, C.Ht.
> Client Centered Hypnotherapist
>
>
> ----- Original Message -----
> From: Mrs. D
> To: <rudi.muliyono@ gmail.com>
> Sent: Tuesday, July 29, 2008 11:27 AM
> Subject: Curhat setelah Terapi
>
>
>> Selamat Pagi Pak Rudi...
>>
>> Semoga dalam keadaan sehat ya...
>> Pak, saya gak tau mesti mulai nulis darimana nich...saya ini antara
>> senang
>> dan bingung juga....
>> persisnya seperti ini pak...
>>
>> Saya udah pernah cerita ke Pak Rudi masalah saya dan orang tua, saya
>> rasanya gak pernah betah kalau berada di rumah orang tua..dan utk itu
>> saya
>> minta diterapi...
>> nah, waktu pulang dari jakarta kemarin itu, kan anak2 saya titip di rumah
>> orangtua, dan begitu kami sampai di balikpapan, kami cuman mampir bentar
>> ke
>> rumah, ambil mobil dan berangkat lagi mau jemput anak2, soalnya udah
>> kangen
>> banget...
>> eng ing eng.... waktu diperjalanan mau ke rumah orangtua, saya ada
>> perasaan
>> deg2an, gimana ya ntar kalo pas ketemu sama ayah saya, duh rasanya kog
>> jadi
>> pengen putar mobil aja, pulang lagi..tapi saya diam aja, gak ngasih tau
>> suami perasaan gak enak saya...
>>
>> Sampai di rumah orangtua, ketemu sama ibu dulu, biasa aja, trus ibu
>> manggil
>> ayah...saya duduk di ruang tamu sambil main sama anak saya, numpahin
>> perasaan kangen yg menumpuk2. Pas ketemu ayah, jess...perasaan kog ada yg
>> aneh ya?? saya cium tangan beliau seperti biasa, trus duduk lagi di ruang
>> tamu. Beliau juga duduk. Kami berempat (Saya, suami, ibu, ayah) ngobrol2.
>> Obrolan berlangsung biasa2 saja, tetapi perasaan saya yg awalnya deg2an,
>> perlahan mulai hilang, dan saya bisa menikmati obrolan tersebut. Ayah n
>> Ibu
>> cerita panjang lebar ttg kelakuan lucu anak2 saya, n tiba2...jess, ayah
>> saya nawarin saya utk ikut tanam modal di stand yg dibeli beliau. Beliau
>> ngajak saya bisnis!!! Wah...sesuatu yg luar biasa loh pak! Soalnya selama
>> ini, beliau tidak pernah ngajak anak2nya utk ikut di bisnis beliau. Ayah
>> saya punya usaha kos2an, punya CV, punya rumah kontrakan, dan semua itu
>> tidak pernah beliau sharing ke saya selama ini. Beliau jalankan bisnis
>> itu
>> hanya dengan ibu saya, dan saya juga tidak pernah minta utk diikutkan
>> karena saya merasa gak enak dan gak pantas. Dan sekarang, beliau ada beli
>> 1
>> stand di Plaza, dan minta saya utk join ngisi stand tsb, keuntungannya
>> ntar
>> terserah saya aja...wah, saya langsung senang bukan main, soalnya saya
>> dan
>> suami emang berencana mo mulai buka usaha, tapi modal belum cukup...eh,
>> tiba2 ada yg nawarin...ayah saya lagi...Puji Tuhan!
>> Dan menurut suami saya, perasaannya sekarang ke orangtua saya biasa2
>> saja,
>> sudah gak ada ganjalan seperti dulu saat kami pertama menikah.
>> Yah, mudah2an dengan berjalannya waktu, dan kami memperbaiki sikap kami,
>> hubungan dengan orangtua menjadi semakin baik dan semakin baik ya...
>>
>> Itu yg bikin saya senang, tapi ada juga yg bikin saya bingung..
>>
>> Saya dan suami kan pengen jual mobil kami, Mazda thn 91.. sebelum kami
>> pergi terapi sih udah diiklanin di koran, tetapi sampai hari ini belum
>> ada
>> juga yg tertarik beli, kalo yg nelp sih udah banyak, tapi belum satupun
>> yg
>> datang liat mobil itu, padahal kita mau lepas cepat2, soalnya duitnya mo
>> diputar utk modal usaha yg lain.
>> Sebelum tidur saya sudah afirmasi kira2 begini : (karena saya tipe
>> emosional)
>>
>> "Uang dari hasil penjualan mobil mazda sebesar Rp. 37,5 juta akan saya
>> gunakan utk modal usaha utk menambah kebahagiaan anak - anak saya"
>>
>> Apa afirmasinya salah ya pak? Please masukannya.
>> Oya, karena mobil itu belum juga terjual, kadang suami saya suka ngeluh,
>> "Apa harganya kemahalan ya?, Apa gak ada yg tertarik beli ya? dll"
>> duih, jadi pusing sayanya...
>>
>> Trus, Saya kan pengennya jadi agen asuransi yg sukses nich, pengennya
>> apapun yg saya katakan bisa mempengaruhi orang, bisa dipercaya orang, dan
>> akhirnya mau membeli produk saya.
>> Tapi kayaknya saya masih belum bisa utk berbicara di depan orang banyak.
>> Saya sih udah coba pelajari lagi produk yg saya jual, tapi
>> Saya masih takut utk presentasi di depan calon nasabah saya, mulut saya
>> masih terkunci rapat kalo mo prospect. Trus, kalo saya mo nelp nasabah
>> saya, kayak ada perasaan gak enak yg bikin saya batal nelp nasabah saya.
>>
>> Dan satu lagi, saya juga masih takut berada di kegelapan, kalo saya mau
>> keluar kamar pas tengah malam, mo buatin susu buat anak saya, saya masih
>> ketakutan, saya akhirnya bangunin suami saya aja. Apa masih ada mental
>> bloknya ya?
>>
>> Kalo memang iya, saya masih mau diterapi lagi Pak Rudi, biar hilang
>> semuanya.
>> Kalo memang begitu, rencananya suami saya akan ditugaskan ke Jakarta tgl
>> 25
>> - 29 Agustus'08. Mungkin saya bisa ikut 1-2 hari.
>> Mohon masukannya.
>>
>> Oya, boleh minta tolong dijelasin bagaimana menulis Rekening Bank Mental?
>> Kami memang belum pernah ikut SC, tapi dari buku yg kami baca, ada
>> dijelasin soal RBM itu, cuman yg bikin bingung, apa ya fungsinya RBM itu?
>> Apa dengan menulis RBM itu, akan membantu kami utk mensyukuri hidup ini?
>> Dan bagaimana cara mengisinya? (kalo gak keberatan, boleh dong dishare)
>>
>> Tuh kan?? panjang jadinya curhat saya... :))
>> Mudah2an Pak Rudi gak bosan ya?? Dan masih mau bantu kami....
>>
>> Terima kasih atas waktunya membaca email saya.
>>
>> Salam n GBU
>> D dan T



Taken from http://asia.groups.yahoo.com/group/money_magnet/message/6833

Rahasia Masuk Ke Level Deep Hypnosis

Baru-baru ini saya mendapat email dari peserta roadshow The Secret of Mindset, di Jogjakarta, yang bertanya, “Pak, saya penasaran dengan yang Bapak lakukan. Bagaimana Pak Adi bisa begitu mudah membawa peserta seminar, yang jumlahnya ratusan, masuk hingga ke kedalaman profound somnambulism?”

Penasaran dengan pertanyaan ini, karena peserta ini menggunakan istilah yang sangat teknis, profound somnambulism, saya lalu menanyakan latar belakangnya. Peserta ini, sebut saja, Pak Anggoro, menerangkan bahwa ia juga mempelajari hipnosis dan hipnoterapi. Namun selama ini mengalami kesulitan membawa kliennya masuk ke kondisi very deep hypnosis atau yang dikenal dengan level profound somnambulism.

Bagi anda, pembaca, yang tidak menghadiri roadshow seminar saya mungkin bingung apa yang saya lakukan? Di seminar saya menjelaskan dan memeragakan cara untuk masuk ke pikiran bawah sadar dengan sangat cepat dan mudah. Pertama, saya akan memberikan contoh dengan meminta seorang peserta maju ke depan, ke atas panggung, untuk saya bimbing masuk ke kondisi deep hypnosis.

Dalam waktu yang sangat singkat dan sangat mudah, peserta ini, bisa masuk sangat dalam, hingga mencapai kondisi profound somnambulism. Untuk membuktikan bahwa subjek hipnosis saya ini telah masuk ke level yang sangat dalam saya melakukan uji kedalaman. Salah satu fenomena kondisi profound somnambulism adalah negative visual hallucination. Dan subjek saya ini memberikan respon yang sesuai dengan kedalaman hipnosis yang ia capai saat itu.

Setelah menjelaskan panjang lebar beserta contoh dan peragaan yang gamblang, saya selanjutnya membimbing semua peserta untuk masuk ke kondisi deep hypnosis atau profound somnambulism. Dan rupanya hal ini yang membuat Pak Anggoro penasaran.

Nah, mungkin anda juga bertanya, seperti Pak Anggoro, bagaimana cara saya melakukannya? Mengapa begitu mudah? Pake ilmu apa ya? Apa rahasianya?

Apakah memang ada rahasia di balik apa yang saya lakukan? Nggak ada rahasia.

Lho, kok nggak ada rahasia? Kalo begitu mengapa sulit untuk mencapai kondisi profound somnambulism? Lha, memang bukan rahasia, kok. Di berbagai buku, literatur, dan pelatihan hipnosis/hipnoterapi “rahasia” ini pasti dijelaskan atau diajarkan sebagai pengetahuan dasar. Namun sayangnya informasi ini kurang mendapat perhatian yang layak dan malah sering diabaikan.

Ada beberapa hal yang selama ini menghambat seorang operator (baca: hipnotis atau hipnoterapis) untuk bisa membimbing subjek hipnosis atau klien masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam.

Pertama, banyak operator yang berpikir bahwa hipnosis adalah sesuatu yang mereka lakukan terhadap subjek hipnosis, subjek masuk kondisi hipnosis karena hasil kerja si operator. Pemahaman ini kurang tepat. Yang benar adalah subjek masuk kondisi hipnosis karena subjek mau. Jadi, langkah awal adalah si subjek harus bersedia untuk dihipnosis.

Kedua, operator harus bisa menghilangkan perasaan takut ataupun mispersepsi subjek terhadap hipnosis. Ini faktor yang sangat-sangat penting. Mengapa? Karena pencapaian kedalaman hipnosis berbanding terbalik dengan intensitas perasaan takut.

Dengan kata lain, bila subjek sangat takut maka ia tidak akan bisa dihipnosis. Bila takutnya sedikit maka ia bisa masuk lebih dalam lagi. Jika sama sekali tidak ada rasa takut maka subjek bisa masuk dengan sangat mudah ke level hipnosis yang sangat dalam.

Setelah klien tidak takut dan bersedia dihipnosis maka langkah selanjutnya adalah operator harus bisa mengembangkan imajinasi dan menciptakan pengharapan mental pada diri subjek.
Ketiga, banyak orang mempunyai pemahaman yang kurang tepat, jika tidak mau dikatakan salah, mengenai hipnosis. Banyak orang berpikir bahwa untuk bisa masuk ke kondisi hipnosis maka secara fisik subjek harus rileks. Dengan demikian, jika subjek mau dibawa ke kondisi hipnosis yang sangat dalam maka ia harus sangat-sangat rileks. Dengan kata lain, level relaksasi berbanding lurus dengan level kedalaman hipnosis.

Pemahaman ini, sekali lagi, kurang tepat. Benar, salah satu ciri orang yang berada dalam kondisi hipnosis adalah tubuhnya tampak rileks. Namun tubuh yang rileks tidak berarti orang dalam kondisi hipnosis.

Definisi hipnosis yang saat ini paling banyak digunakan dan diterima adalah definisi yang dilansir oleh U.S. Dept. of Education, Human Services Division, yaitu “Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking” atau “hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti”

Bila dicermati dengan saksama maka dari definisi di atas tampak jelas bahwa hipnosis sama sekali tidak ada hubungannya dengan kondisi rileks, rileks secara fisik. Untuk bisa dikatakan sebagai kondisi hipnosis, menurut definisi di atas, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, penembusan faktor kritis, dan kedua, diterimanya suatu sugesti oleh pikiran bawah sadar.

Faktor keempat, yang membuat seseorang sulit masuk ke kondisi hipnosis yang dalam adalah karena operator salah memilih teknik. Ada sangat banyak teknik untuk menembus faktor kritis pikiran sadar. Akan terlalu teknis bila saya jelaskan di artikel ini. Namun secara umum, ada 6 (enam) teknik dasar yang biasa digunakan. Dari enam teknik dasar ini selanjutnya berkembang menjadi sangat banyak teknik.

Satu teknik yang paling umum dan paling banyak digunakan adalah progressive relaxation. Teknik ini paling banyak digunakan karena paling mudah dan paling “aman” untuk operator. Oh ya, sebenarnya nama progressive relaxation juga kurang tepat. Nama yang benar adalah fractional relaxation. Usahakan untuk tidak menggunakan teknik ini. Gunakan teknik lain yang lebih efektif.

Progressive relaxation tidak cocok untuk orang analitis, kritis, pemikir, melankolis, pengacara, pimpinan perusahaan, atau orang yang berada pada level otoritas tinggi.

Oh ya, banyak orang mengatakan bahwa orang analitis adalah orang yang sangat sulit untuk dihipnosis. Apa benar seperti itu? Ah, tidak. Tahukah anda bahwa sebenarnya orang analitis adalah orang yang sangat sugestif. Nah, bingung, kan?

Faktor kelima, dan ini juga sering diabaikan oleh banyak operator, adalah semantik atau pilihan kata. Banyak operator menggunakan kata yang mengandung makna si operator lah yang mencipta kondisi hipnosis pada diri subjek. Contohnya seperti ini, “Sekarang anda merasa diri anda semakin rileks dan lebih rileks lagi” atau “Sekarang anda menjadi 10 kali lebih rileks”. Ini adalah perintah yang belum tentu akan dijalankan oleh subjek. Yang lebih tepat adalah dengan menggunakan kalimat yang lebih permisif, persuasif, dan bersifat himbauan.

Jika lima faktor di atas diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka siapapun bisa dibimbing masuk ke kondisi hipnosis yang sangat dalam, dengan sangat mudah dan cepat.


Written by Adi W. Gunawan

Bahaya Self Hypnosis

Pembaca, kembali saya menulis artikel yang jika hanya dibaca judulnya saja pasti akan menimbulkan kontroversi. Masih ingat beberapa waktu lalu saya menulis artikel dengan judul “Bahaya Berpikir Positif”?

Apakah saya tidak salah pilih judul? Oh, tentu tidak.

Apakah tidak ada judul lain? Wah, kalo judul sih sebenarnya banyak sekali. Tapi judul yang saya pilih kali ini sudah benar. Sekarang anda sabar dulu ya. Nanti setelah selesai membaca artikel ini anda pasti akan memahami maksud saya.

Ok, kalo gitu apa maksud pernyataan di atas?

Ceritanya begini. Secara umum hipnosis sebenarnya ada tiga macam. Pertama, hipnosis yang dilakukan diri sendiri, dikenal dengan nama self hypnosis. Jadi, self hypnosis ini artinya kita menghipnosis diri kita sendiri.

Kedua, hipnosis yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Nah, kalo hipnosis seperti ini disebut dengan nama heterohypnosis. Ini yang biasa dilakukan oleh seorang hypnotist terhadap subjek hipnosis, saat melakukan pertunjukan, atau hipnoterapis terhadap klien, dalam setting terapi.

Ketiga, hipnosis yang disebabkan oleh anestesi yang disebut dengan parahypnosis. Pasien yang telah dianestesi/dibius, walaupun tampak tidak sadarkan diri tetap mampu mendengar suara. Kondisi parahypnosis ini umumnya tidak diketahui atau disadari oleh dokter bedah, anesthesiologist, dan perawat. Apapun yang dikatakan oleh mereka selama proses pembedahan akan didengar oleh pasien dan menjadi sugesti yang sangat powerful karena pasien sebenarnya berada dalam kondisi hipersugestibilitas.

Istilah self hypnosis lebih populer dan dikenal masyarakat daripada heterohypnosis dan parahypnosis. Self hypnosis banyak dianjurkan digunakan untuk mengubah perilaku. Banyak pelatihan mengajarkan self hypnosis. Bahkan ada banyak CD audio yang diklaim mampu membantu pendengarnya melakukan self hypnosis dengan mudah dan efektif.

Nah, jika self hypnosis memang begitu ampuh untuk mengubah perilaku atau meningkatkan kinerja, lalu mengapa saya kok berani-beraninya memilih judul yang berseberangan dengan pandangan awam?

He..he...sekali lagi, sabar dong. Ini kan baru appetizer. Baru pembukaan. Belum masuk ke main course atau menu utama.

Semua hipnosis sebenarnya adalah self hypnosis. Subjek hipnosis hanya bisa dihipnosis, oleh seorang operator (baca: hipnotis/hipnoterapis) bila ia bersedia menerima sugesti yang diberikan kepadanya. Saat seseorang berusaha menghipnosis dirinya sendiri maka ia menggunakan prosedur yang sama. Ia, lebih tepatnya pikirannya, harus bersedia menerima sugesti yang diberikan oleh dirinya sendiri. Namun satu hal yang biasanya tidak disadari kebanyakan orang adalah bahwa self hypnosis bisa terjadi secara tidak disengaja, tanpa disadari.

Apa maksudnya self hypnosis bisa terjadi secara tidak disengaja?

Untuk itu saya perlu menjelaskan terlebih dahulu salah satu definisi hipnosis. Hipnosis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.

Jadi, saat pikiran fokus pada sesuatu, bisa kejadian, peristiwa, ide, atau emosi/perasaan maka saat itu pula seseorang sebenarnya telah berada dalam kondisi hipnosis. Jadi, untuk bisa masuk ke kondisi hipnosis tidak sulit seperti yang dibayangkan orang. Tidak harus menggunakan induksi formal atau bantuan operator.

Saat seseorang mengalami emosi yang intens, khususnya emosi negatif, maka pada saat itu gerbang pikiran bawah sadarnya terbuka sangat lebar. Pada saat ini, ide apapun yang diberikan saat kondisi pikiran terfokus, fokus pada emosinya, akan diterima sebagai sebuah sugesti atau perintah hipnotik.

Baru-baru ini seorang kawan dari Balikpapan bercerita mengenai kondisinya. Ia sudah sekitar 5 tahun minum obat penenang. Ia mempunyai kecemasan yang sangat tinggi, takut mati. Dari apa yang ia ceritakan saya tahu bahwa ini semua hanyalah psikosomatis.

Setelah mendengar cukup banyak ceritanya, saya sampai pada satu pencerahan. Ternyata semua diawali saat ia bertemu dengan kawan baiknya, bertahun-tahun lalu, yang mengalami stroke. Kawannya ini berkata, ”Eh, kamu pasti juga akan kena stroke. Cara kamu berjalan persis seperti saat sebelum saya kena stroke. Saat ini kamu kalo jalan agak nyeret kaki, kan?”

Kawan saya menjawab, ”Ah, nggak. Saya dari dulu memang jalannya seperti ini”.

”Tunggu saja. Cepat atau lambat pasti kamu juga akan stroke. Coba lihat wajahmu. Merah seperti wajah saya saat sebelum kena stroke. Kalo nggak percaya, boleh cek tekanan darahmu. Pasti tinggi. Pokoknya kamu hati-hati” tegas kawannya kawan saya ini.

Kawan saya semula tidak terlalu menanggapi apa yang dikatakan kawannya. Namun semakin lama kekhawatirannya akan terkena stroke semakin kuat. Akhirnya kawan saya memutuskan untuk memeriksa tekanan darahnya.

Apa yang terjadi?

Ternyata ”benar”. Tekanan darah kawan saya ini cukup tinggi, jauh di atas rata-rata. Mengetahui hal ini kawan saya menjadi semakin takut. Ia panik. Bahkan hampir pingsan.Dan pada saat itu muncul berbagai pemikiran kreatif yang negatif. Ia membayangkan bagaimana jika sampai ia kena stroke seperti kawannya. Badannya lumpuh separoh. Jalannya miring. Harus pake kursi roda. Pokoknya, yang muncul di pikirannya saat itu, saat mengetahui tekanan darahnya cukup tinggi, adalah berbagai pemikiran negatif.

So, apa yang terjadi selanjutnya?

Badan kawan saya ini memberikan respon yang sesuai. Mulailah muncul ”tanda” bahwa kesehatannya semakin memburuk. Ia menjadi semakin gelisah, susah tidur, tidak bisa konsentrasi, dan akhirnya harus ke psikiater dan diberi penenang.

Apa yang terjadi pada kawan saya ini sebenarnya adalah suatu bentuk self hypnosis. Pada saat emosinya bergejolak, pada saat ia fokus pada perasaan takut dan cemas, pada saat itu sebenarnya ia berada dalam kondisi hipnosis. Dalam kondisi ini ia secara tidak sengaja memberikan sugesti, kepada dirinya sendiri, dalam bentuk berbagai pemikiran negatif, yang muncul dalam bentuk self talk dan gambaran mental. Dan terjadilah seperti yang ia sugestikan.

Saat ini kawan saya begitu sibuk mencemaskan simtom yang ia alami dan ia sudah lupa apa yang sebenarnya menjadi pemicu semua ini.

Bila kita cermati, sebenarnya tekanan darah yang tinggi, saat diukur, bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu adalah perasaan takut dan cemas. Saat kita takut atau cemas maka jantung akan berdegup lebih kencang. Ini adalah mekanisme pertahanan diri yang telah terpatri di dalam DNA kita. Hormon adrenalin mengalir deras. Otot-otot tubuh menjadi kaku. Wajah menjadi lebih pucat. Tubuh disiapkan untuk fight (lawan) atau flight (lari). Ini adalah hal yang sangat normal.

Untuk orang yang mengalami depresi maka yang terjadi adalah mereka mensugesti diri mereka sendiri, melalui self hypnosis, dengan automatic thought. Automatic thought ini yang disebut dengan spontaneous self suggestion.

Automatic thougth pada orang depresi adalah perasaan “kehilangan” atau loss. Orang depresi takut kehilangan sesuatu. Ketakutan ini yang terus timbul di pikirannya dan terus menerus mensugesti dirinya. Sedangkan pada orang yang cemas, automatic thought-nya adalah “ancaman” atau threat.

Self hypnosis terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Setiap kali pikiran fokus pada sesuatu dan pada saat itu terjadi self talk atau muncul gambaran mental maka pada saat itu telah terjadi self hypnosis.

Self hypnosis negatif ini yang banyak menghancurkan hidup anak-anak kita. Saya sangat banyak bertemu dengan anak yang memberikan label negatif pada diri mereka, ”Saya anak bodoh”, ”Saya nggak pernah bisa berhasil”, ”Matematika itu sulit”, ”Belajar tidak menyenangkan”, ”Sekolah sama dengan penjara”, dan masih banyak lagi.

Dari mana ”belief” ini muncul?

Ya, dari proses enviromental hypnosis yang diperkuat oleh self hypnosis.

Lho, maksudnya?

Begini ceritanya. Misalnya seorang anak ujian, terserah bidang studi apa saja boleh, dan mendapat nilai jelek. Anak ini selanjutnya dimarahi ibunya. Pada saat itu anak menjadi takut. Pada saat sedang takut ia mendapat “sugesti” dari ibunya, “Anak bodoh. Begitu saja nggak bisa. Kamu ini anak siapa sih, kok goblok amat”. (Sebenarnya ya anak si ibu. Lha, kalo bukan anak ibu, masa anak tetangga?)

Sugesti ini masuk sempurna ke pikiran bawah sadar anak. Selajutnya anak kembali mendapat nilai jelek. Dan kembali si ibu memberikan berbagai “sugesti” saat anak merasa takut.

Apa yang terjadi saat anak kembali mendapat nilai jelek?

Pada saat ini anak, yang takut akan dimarahi ibunya, menghipnosis dirinya sendiri dengan perkataan dan pemikiran, “Memang benar, saya ini anak bodoh. Tiap kali ulangan pasti dapat nilai jelek.” Saat anak tiba di rumah, ibunya memperkuat sugesti ini.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Anak ini akan menjadi anak yang bodoh. Bukan karena kemampuan otaknya rendah namun lebih karena program pikiran negatif yang telah terinstal di pikiran bawah sadarnya.

Nah, pembaca, anda jelas sekarang? Self hypnosis nggak selamanya baik, kan?


Written by Adi W. Gunawan

How to Make Affirmations Work for You

No man means all he says, and yet very few say all they mean, for words are slippery and thought is viscous.
- Henry Brooks Adams

Dalam workshop "Becoming a Money Magnet" yang barusan kami selenggarakan di kota Batu, Malang, saat saya menjelaskan mengenai ?Why Affirmations Fail??, ada peserta yang bertanya, ?Pak, kami tahu bahwa Pak Adi dan Pak Aries akan mengajarkan cara melakukan reprogramming pikiran bawah sadar. Salah satunya adalah dengan afirmasi yang dilakukan secara efektif dalam kondisi Alfa atau Theta. Untuk orang yang nggak ikut workshop kan nggak bisa melakukannya dengan benar. Apa ada cara melakukan (afirmasi) yang bisa diterima pikiran bawah sadar walaupun kita ucapkan dalam kondisi Beta? Saya ingin berbagi informasi ini dengan kawan atau anggota keluarga saya.? ?Sudah tentu ada?, jawab saya.

Apa yang saya jelaskan berikut ini adalah apa yang kami ajarkan di workshop. Saya akan jelaskan intisarinya saja. Artikel ini juga untuk menjawab berbagai pertanyaan yang saya terima melalui email dari para pembaca dan juga dari komentar yang di posting di Pembelajar.com.

Untuk bisa melakukan afirmasi dengan benar, saat dalam kondisi gelombang Beta, kita perlu memahami cara kerja pikiran. Pikiran terbagi ke dalam beberapa area. Salah satunya adalah Critical Area. Critical Area ini sebagian ada dalam wilayah pikiran sadar dan sebagian lagi di wilayah pikiran bawah sadar.

Saat kondisi sadar kita selalu menganalisis setiap informasi yang masuk. Yang melakukan ini adalah Critical Area dari pikiran sadar. Saat kita dihipnosis dan diminta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai moral yang kita pegang maka, meskipun dalam kondisi trance, kita akan menolak permintaan si hipnotis. Bagian yang menolak ini adalah Critical Area dari pikiran bawah sadar.

Dalam kondisi sadar atau beta saat suatu informasi (afirmasi atau sugesti) masuk ke pikiran sadar maka informasi ini akan ?menetap? di Critical Area. Informasi ini baru akan di-down load ke pikiran bawah sadar saat kita tidur. Selama menunggu di Critical Area, dari pikiran sadar, informasi itu akan mengalami distorsi. Contohnya?

Misalnya anda ingin meningkatkan income anda. Saat ini anda berpenghasilan Rp. 2,5 juta per bulan dan anda melakukan afirmasi, ?Penghasilan saya Rp.10 juta per bulan.? Saat anda melakukan afirmasi ini maka informasi ini masuk ke Critical Area dari pikiran sadar. Anda membaca kalimat afirmasi berulang-ulang agar lebih tok cer alias manjur. Ditambah lagi, seperti yang dianjurkan di berbagai buku dan seminar, anda harus menulis afirmasi anda dalam Present Tense atau kalimat saat ini. Apa yang terjadi di pikiran anda? Mari kita lakukan analisis.

Informasi masuk ke Critical Area dari pikiran sadar karena anda melakukan afirmasi dalam kondisi beta. Kalimat yang digunakan adalah Present Tense atau sekarang. Hal ini berarti penghasilan anda saat ini Rp. 10 juta per bulan. Iya nggak? Nah, apakah kondisi income anda yang sesungguhnya saat ini benar Rp. 10 juta? Kan, tidak. Saat ini income anda hanya Rp. 2,5 juta per bulan. Pikiran sadar anda tahu bahwa ini nggak benar. Pikiran sadar ini lalu mendistorsi ?kebenaran? informasi ini. Dan seperti yang telah saya jelaskan di atas informasi ini baru akan turun ke pikiran bawah sadar saat kita tidur. Nah, bisa anda bayangkan apa yang terjadi pada unit informasi ?Penghasilan saya Rp.10 juta per bulan? saat masuk ke pikiran bawah sadar. Pasti sudah ?babak belur? karena dikritik dan didistorsi oleh Critical Area dari pikiran sadar. Kalo sudah begini kira-kira afirmasi ini masih efektif, nggak? Anda tahu jawabannya, kan?

Itulah sebabnya mengapa pada artikel sebelumnya saya selalu menganjurkan untuk melakukan afirmasi dalam kondisi alfa atau theta. Saat kita dalam gelombang ini maka unit informasi akan mem-by pass Critical Area dari pikiran sadar dan langsung masuk ke pikiran bawah sadar.

Ok, kalau begini kondisinya, lalu bagaimana kita ?mengakali? Critical Area dari pikiran sadar kita agar bisa menerima dan tidak mendistorsi afirmasi kita? Caranya mudah. Yang perlu dilakukan adalah kita menggunakan kekuatan Critical Area, dalam melakukan analisis, menjadi kelemahannya. Caranya?

Dalam melakukan afirmasi anda harus menggunakan kata ?Saya dalam proses?, ?Saya memutuskan?, atau ?(kondis) ideal saya?.

Sekarang saya akan memperjelas maksud saya. Pada contoh di atas kita menggunakan kalimat ?Penghasilan saya Rp.10 juta per bulan?. Critical Area dari pikiran sadar tahu bahwa ini nggak benar. Sekarang coba kita gunakan kalimat ?Saya dalam proses mencapai penghasilan Rp. 10 juta per bulan?. Terasa bedanya? Critical Area tahu bahwa ini nggak bohong. Benar, kita belum mencapai penghasilan Rp. 10 juta per bulan. Tapi kita kan dalam proses. Jadi, unit informasi ini tidak akan terkena distorsi.

Selanjutnya coba anda rasakan kalimat ?Saya memutuskan untuk mempunyai penghasilan Rp. 10 juta per bulan?. Ini juga nggak bohong. Berapapun income anda saat ini nggak jadi masalah. Mengapa? Karena anda ?memutuskan? untuk menaikkan income anda. Jadi ini sama sekali nggak ada urusan dengan kondisi riil anda.

Bagaimana dengan kalimat ?Penghasilan ideal saya adalah Rp. 10 juta per bulan?? Afirmasi ini juga aman dari distorsi. Mengapa? Karena yang diafirmasi adalah penghasilan ideal. Kalau sekarang belum ideal ya nggak apa-apa. Afirmasi ini nggak ditolak.

Nah, karena Critical Area dari pikiran sadar nggak menolak maka, saat kita tidur, unit informasi ini masuk ke pikiran bawah sadar dalam kondisi untuh dan lengkap, tidak terdistorsi. Dengan demikian pemrograman pikiran bawah sadar menjadi sangat efektif.

Apakah ada cara lain untuk memprogram pikiran bawah sadar dalam kondisi beta? Sudah tentu ada. Berikut saya berikan beberapa tips lagi.

Pertama, anda perlu mengembangkan sikap syukur dan pasrah. Apapun yang anda capai dalam proses mencapai target anda perlu disyukuri. Kedua, anda perlu mencatat pencapaian kecil maupun besar dalam perjalanan anda mencapai target anda. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi pikiran anda bahwa berada pada jalur yang benar. Ketiga, siapkan sebuah kotak ?sukses?. Kotak ?sukses? ini fungsinya sebagai celengan atau tabungan. Anda bisa memotong gambar atau hal-hal yang ingin anda capai dan masukkan ke kotak ?sukses? anda. Anda juga bisa menuliskan afirmasi anda, membacanya, dan memasukkannya ke kotak ?sukses? anda. Mengapa ini perlu dilakukan? Saat anda memotong gambar dan memasukkannya ke kotak ?sukses? maka dalam hati anda tumbuh pengharapan. Saat anda menulis, membaca, dan memasukkan afirmasi anda ke kotak maka anda semakin mempertegas apa yang anda lakukan.

Contoh di atas adalah dalam aspek finansial. Dengan menggunakan prinsip yang sama anda bisa menggunakannya untuk meningkatkan aspek lain dalam hidup anda.

Akhir kata saya ucapkan selamat mencoba. Semoga bermanfaat dan salam sukses.


Written by Adi W. Gunawan

Positive Thinking, Negative Thinking, & Right Thinking

"Knowing others is wisdom, knowing yourself is enlightenment."
- Lao Tzu

Saat memberikan in-house traning di perusahaan penghasil pulp and paper nomor dua terbesar di dunia, yang berbasis di Kerinci, Riau, baru-baru ini, ada peserta yang bertanya. ?Pak, sebenarnya apa sih yang menjadi dasar untuk menentukan yang mana masuk positive thinking dan mana yang masuk negative thinking??

Jujur, saya cukup kaget saat mendapat pertanyaan seperti ini. Bukan karena saya tidak tahu jawabannya. Namun baru kali ini saya harus berpikir secara mendalam mengenai esensi positive thinking dan negative thinking. Selama ini kita selalu yakin dan percaya bahwa positive thinking adalah pikiran yang ?positif? dan ?bermanfaat? bagi kita. Sedangkan negative thinking adalah pikiran yang negatif dan merugikan diri kita. Kita mengamini hal ini karena ini yang kita pelajari dari berbagai pembicara terkenal, buku-buku pengembangan diri, dan dari berbagai seminar atau workshop.

Setelah diam sejenak untuk berpikir saya lalu menjawab seperti yang saya tulis pada paragraf di atas, ?Pikiran positif adalah pikiran yang bermanfaat sedangkan pikiran negatif adalah pikiran yang merugikan diri kita?.

Jawaban saya tampaknya sudah benar. Namun saya sadar bahwa jawaban yang saya berikan masih kurang lengkap. Ada dorongan dalam hati saya untuk memperdalam analisis saya terhadap jawaban yang saya berikan.

Malam hari, saat sendirian di kamar hotel, saya duduk dan memikirkan dengan mendalam pertanyaan yang diajukan peserta tadi siang, ?Sebenarnya apa yang menjadi dasar untuk menentukan yang mana masuk positive thinking dan mana yang masuk negative thinking??

Saat saya merenungkan pertanyaan ini saya langsung teringat dengan berbagai peristiwa yang telah saya alami dalam hidup saya. Saya juga telah mempraktekkan positive thinking. Teman-teman saya juga begitu. Saya teringat pada artikel yang saya tulis yang berjudul ?Bahaya Berpikir Positif? yang sempat menjadi kontroversi.

Ternyata positive thinking saja tidak cukup untuk bisa meraih sukses. Positive thinking dan negative thinking masih dipengaruhi oleh persepsi dan keterbatassan pola pikir kita sendiri. Apa yang kita yakini sebagai sesuatu yang positif ternyata belum tentu positif. Bisa jadi, kita merasa atau yakin pikiran ini positif karena berdasar pada asumsi atau paradigma berpikir yang salah, yang masih dipengaruhi oleh belief system kita, yang kita yakini sebagai hal yang benar. Jadi kita merasa telah berpikir positif atau positive thinking. Padahal belum tentu yang kita lakukan adalah positive thinking.

Kita harus bergerak dari negative thinking ke positive thinking dan akhirnya mencapai right thinking. Mengapa right thinking? Right thinking adalah mengetahui siapa diri kita yang sesungguhnya, apa tujuan hidup kita yang tertinggi, apa misi hidup kita di dunia ini, dan menyelaraskan diri dengan hukum abadi yang mengatur alam semesta. Right thinking juga berarti kita berpikir dengan dasar Kebenaran dan menjadi dasar dari semua proses dan level berpikir lainnya.

Right thinking berasal dari kesadaran akan kebenaran atau dari realitas yang sesungguhnya dari setiap situasi yang kita hadapi. Right thinking membuat kita mampu melihat segala sesuatu apa adanya, tanpa terpengaruh emosi sehingga kita bersikap netral.

Mungkin sampai di sini anda merasa bingung? Ok, saya beri contoh. Misalnya ada orang yang menghina kita. Apa yang kita lakukan? Kalau negative thinking maka kita pasti akan marah besar. Semakin berkobar emosi kita maka akan semakin negatif kita jadinya. Emosi yang dipicu oleh negative thinking ibarat bensin yang disiramkan ke kobaran api. Kita menyalahkan orang yang telah menghina kita. Pokoknya, orang ini yang salah, titik.

Kita, biasanya, akan berusaha mengatasi hal ini dengan menggunakan positive thinking. Apa yang kita lakukan? Kita berusaha berpikir positif, berusaha memaafkan, berusaha mengerti, melakukan reframing, berusaha mengendalikan emosi kita, berusaha mencari hal-hal positif dari kejadian ini.

Bagaimana dengan right thinking? Dengan right thinking kita mencari kebenaran dari apa yang kita alami. Kita harus melampaui belief system kita untuk bisa menggunakan right thinking. Tanyakan kepada diri kita, ?Kebenaran apa yang terkandung dalam kejadian ini??

Saat kita mendapat jawaban dari hati nurani kita dan kita melakukan tindakan berdasar jawaban yang kita peroleh maka pada saat itu kita telah menggunakan right thinking.

Right thinking berarti kita menyadari sepenuhnya bahwa kita bukanlah pikiran kita. Kita adalah yang menggerakkan pikiran kita. Kita mencipta realita hidup kita. Kita bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang kita alami, hal yang baik maupun yang buruk.

Saat seseorang menghina kita, apakah benar bahwa ?kita? yang dihina? Coba tanyakan pada diri kita secara jujur. ?Sebenarnya siapa sih yang dihina? Apakah benar saya dihina? Bagian mana dari diri saya yang merasa dihina??

Kalau kita menggunakan right thinking maka kita sadar bahwa sebenarnya kita tidak dihina. Tidak ada seorang pun yang bisa menghina kita. Yang sebenarnya terjadi adalah kita telah memberikan makna terhadap kejadian itu, berdasar pada asumsi, persepsi, pengalaman hidup di masa lalu, belief system, dan value kita, yang mengakibatkan munculnya emosi negatif. Eleanor Roosevelt dengan sangat bijak berkata, "No one can make you feel inferior without your consent."

OK, anda mungkin berkata, ?Lha, tapi kita kan tetap tersinggung karena dihina.? Kalau anda tetap bersikeras dengan pendapat ini, baiklah, ijinkan saya mengajukan satu pertanyaan pada anda, ?Siapakah yang tersinggung atau merasa terhina? Aku? Saya? Aku yang mana? Bagian mana dari diri saya yang tersinggung??

Kalau kita mau jujur maka yang sebenarnya ?kena? adalah perasaan kita. Pertanyaan selanjutnya adalah, ?Apakah perasaan kita sama dengan diri kita? Apakah perasaan kita adalah diri kita?? Tentu tidak. Perasaan, sama dengan pikiran, akan selalu timbul dan tenggelam, tidak abadi, dan sudah tentu bukan diri kita.


Written by Adi W. Gunawan

Bahaya Berfikir Positif

Dunia objektif muncul dari pikiran itu sendiri
-Buddha

Ide menulis artikel ini muncul saat saya berbincang dengan rekan saya, Ariesandi Setyono, saat mengevaluasi mekanisme pikiran. Kami mengevaluasi pengalaman hidup kami berdasarkan berbagai buku positip yang telah kami baca. Diskusi berjalan seru, sangat inspiring dan mind challenging.

Jujur saya akui bahwa tidak mudah untuk bisa benar-benar menjadi seorang pengamat atas belief system dan proses pikiran kami. Kami harus melepaskan keterikatan dan kemelekatan terhadap berbagai informasi dan konsep yang telah kami terima selama ini, yang kami yakini sebagai hal yang benar. Bill Gould, mentor kami selalu berpesan, ?You have to challenge everything, including your own belief system or assumptions. That?s the key to quantum leap in personal growth and consciousness expansion?.

Salah satu topik yang kita bahas dengan intens adalah mengapa berpikir positip justru semakin memperburuk kinerja seseorang. Topik ini menjadi materi yang menarik untuk didiskusikan karena kami sendiri telah mengalami efek negatip dari ?berpikir? positip.

Benar. Anda tidak salah baca. Kami mengalami efek negatip dari ?berpikir? positip. Namun tolong jangan protes dulu. Saya menempatkan kata berpikir dalam tanda kutip. Apa maksudnya ?

Sering kali kita merasa yakin, diyakinkan, atau asal percaya bahwa kita harus berpikir positip. Menurut berbagai buku dan motivator atau trainer berpikir positip baik bagi diri kita. Yang jarang diungkapkan adalah bahwa berpikir positip itu harus benar-benar tulus dan holistik.

Yang saya maksudkan dengan holistik adalah baik pikiran sadar maupun bawah sadar keduanya saling setuju, sinkron, kongruen dalam berpikir positip.

Ambil contoh orang yang menetapkan suatu target penjualan. Misalnya target bulan ini adalah 50% lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Pikiran sadar kita ?percaya?, lebih tepatnya dipaksa untuk percaya, bahwa kita mampu mencapai target ini. Kita melakukan afirmasi setiap hari, menempel kata-kata positip di berbagai tempat, dan melakukan visualisasi. Apa yang terjadi ?

Ternyata ada bagian dari diri kita yang menolak hal ini karena kenaikan target dianggap terlalu tinggi sehingga dirasa tidak mungkin bisa dicapai. Akibatnya kita tidak berhasil mencapai target ini. Namun kita tetap ?percaya? dan ?positive thinking? bahwa kita dapat mencapai apapun asal kita yakin. Bukankah ini yang diajarkan di hampir semua buku positip dan berbagai seminar motivasi ?

Lalu apa yang kita lakukan ? Kata orang, ?Kegagalan adalah sukses yang tertunda?, ?Tidak penting berapa kali kita jatuh yang penting adalah kita bangkit setiap kali kita jatuh?, ?Tidak ada namanya kegagalan, yang ada adalah hasil yang tidak kita inginkan?, dan masih banyak lagi kata-kata mutiara berkenaan dengan kegagalan. So.... ? Keep trying..... pokoke maju tak gentar, pantang menyerah.

Setelah dua bulan, tiga bulan, empat bulan, dan kita masih belum berhasil mencapai goal kita maka kita mulai merasa nggak enak. Tapi kita tetap berusaha berpikir positip. Why ? Karena memang begitulah yang kita baca di buku-buku positip.

Lalu, mengapa ?berpikir? positip justru akan sangat berbahaya bagi diri kita ? Pada kasus di atas, yang terjadi sebenarnya adalah kita, secara tidak sadar, telah mengedukasi pikiran bawah sadar bahwa kita sebenarnya memang tidak kompeten alias gagal. Lho, kok bisa begitu ? Lha, buktinya kita sudah berkali-kali tidak berhasil mencapai target. Pikiran sadar kita dapat kita paksa untuk berpikir positip. Namun pikiran bawah sadar kita tidak bisa kita bohongi. Setiap kali kita gagal mencapai goal maka pikiran bawah sadar diedukasi dengan suatu pelajaran negatip, ?Ternyata memang saya nggak bisa mencapai goal ini?. Dengan mengalami kegagalan beruntun maka efek repetisi terjadi (ingat prinsip pemrograman pikiran). Dan kita, secara bawah sadar, semakin percaya bahwa kita memang tidak mampu.

Kalau anda tidak percaya apa yang saya jelaskan coba anda rasakan perasaan anda saat saya berkata, ?Set Goal?. Bagaimana perasaan anda saat anda melakukan Goal Setting. Apakah yang muncul perasaan positip atau negatip ?

Dari pengalaman saya, kata ?goal setting? ternyata mempunyai konotasi negatip. Mengapa ? Karena kata ini mengingatkan kita akan kegagalan kita. Banyak kawan saya yang secara jujur berkata, ?Sekarang kalau saya diminta set goal maka perasaan saya langsung menolak. Ada perasaan nggak enak di hati saya. Nggak tahu kenapa bisa seperti ini?.

Sebenarnya jawabannya sederhana. Goal karena terlalu sering tidak berhasil dicapai akhirnya mempunyai konotasi negatip. Kita secara bawah sadar menghubungkan / meng-anchor kata goal setting dengan perasaan gagal. Jadi setiap kali kita mendengar kata ?goal setting? maka yang muncul adalah memori atau pengalaman kita saat gagal (berkali-kali) dalam mencapai goal kita.

Jadi, semakin seseorang berusaha untuk positip maka semakin negatip ia jadinya. Mengapa bisa begini ? Karena memori manusia bersifat holographic sehingga mempunyai kemampuan / sifat cross referenced. Artinya, tidak ada memori yang berdiri sendiri. Semuanya saling terkait. Saat kita berusaha positip maka pada saat yang sama pula kita mengaktifkan memori negatip, di bawah sadar. Semakin kita berusaha positip maka semakin kuat efek negatip. Hal ini jarang disadari dan dimengerti orang.

Seorang kawan yang bergerak di bidang marketing, satu minggu setelah menerapkan konsep keselarasan pikiran positip (sadar dan bawah sadar) mampu meningkatkan penghasilan 3 (tiga) kali lipat dibandingkan sebelumnya. Dan yang lebih hebat lagi ia tidak usah kerja keras untuk mencapai hal ini. Kesannya adalah semua sudah ada yang mengatur.

Satu hal yang perlu anda ketahui yaitu kawan saya ini adalah orang yang selalu berusaha berpikir positip, telah membaca sangat banyak buku positip, menghadiri berbagai seminar di dalam negeri dan di luar negeri. Ia malah telah bertemu dengan dua orang top. Seorang di bidang motivasi dan seorang lagi adalah penulis buku keberhasilan finansial yang sangat terkenal. Sudah tentu ia membayar sangat mahal untuk bisa menghadiri seminar-seminar ini. Apalagi seminarnya dilakukan di Singapore.

Namun apa yang terjadi ? Semakin ia berusaha positip maka semakin dalam ia terperosok ke dalam perangkap berpikir negatip. Kawan saya ini protes keras saat pertama kali mendengar tentang ?Bahaya Berpikir Positip?. Baginya statement ini nggak masuk akal.
Namun setelah berdiskusi cukup panjang kawan saya akhirnya bisa memahami maksud saya.

Lalu bagaimana cara berpikir positip yang benar-benar positip ? Ya itu tadi. Pikiran sadar dan bawah sadar harus selaras. Yang harus menjadi landasan pijak adalah apa yang ada di pikiran bawah sadar. Jadi, untuk benar-benar mampu berpikir positip yang positip maka pikiran positip itu harus berawal di pikiran bawah sadar. Bila ini berhasil kita lakukan maka efeknya akan sangat luar biasa. Kita akan dapat dengan sangat mudah mencapai target yang kita inginkan.

Anda pasti bertanya, ?Ok, kalau begitu bagaimana caranya ??. Ada banyak cara untuk bisa menyelaraskan pikiran sadar dan bawah sadar, untuk bisa membuatnya kongruen. Kita bisa menggunakan NLP, Hypnotherapy (ada sangat banyak teknik), SMC, Visualisasi, Mind Reprogramming dengan bantuan guided imagery, menggunakan musik/audio dengan muatan frekwensi khusus, atau teknik lainnya. Akan sangat panjang dan teknis bila saya jelaskan dalam artikel ini.


Written by Adi W. Gunawan

A Little Secret about Self-Releasing Technique: The Greatest Power in Human Behaviour (3)

Apakah anda pernah mengalami punya semangat yang menggebu-gebu ketika memulai sesuatu dan kemudian macet di tengah jalan kehabisan napas? Itulah tanda sebuah mental blok sedang menghambat kita untuk melakukan atau menjadi atau memiliki apa yang kita inginkan. Hal ini bisa dikarenakan mekanisme homeostasis dan psikosklerosis yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya.


Jika berbicara mengenai hambatan maka akan ada suatu emosi tertentu yang biasanya mengganjal dalam diri kita. Emosi ini berasal dari pengalaman masa lalu yang mengkristal dan akhirnya tak terselesaikan. Emosi ini terpendam dan kita tumpuki terus menerus sehingga akhirnya kita pun lupa akan apa yang telah kita pendam.



Biasanya ini ditandai dengan kata-kata hiburan semacam :

  • "Alaaaa ……. Begitu saja sedih! Lupakan itu masalah kecil. Ayo kita bersenang-senang aja!"
  • "Ah cowok kok nangis! Sudah diam nanti kan hilang sendiri sedihnya!"
  • "Astaga begitu saja sakit hati! Sudahlah tak usah dipikirkan lagi ya!"
  • "Masak cantik-cantik menangis? Nanti cantiknya hilang lho! Ayo dihapus air matanya!"
  • "Hah perkataan orang seperti itu dimasukkan hati!"
  • "Ayolah kita coba lagi. Nanti waktu akan menyelesaikan masalah tersebut. Lupakan saja!"

Kalimat-kalimat di atas tak menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. Kalimat di atas hanyalah pertolongan pertama yang harusnya segera ditindaklanjuti dengan pembersihan emosi sampai ke akar masalahnya.

Selain dipendam dan ditekan maka kita juga sering menjumpai seseorang melampiaskan emosinya. Setelah proses pelampiasan tersebut biasanya ia menjadi lega. Namun pertanyaan berikutnya adalah apakah proses pelampiasannya membawa korban? Seringkali proses pelampiasan tersebut menyeret korban baru. Bisa jadi sang korban adalah staf kita, teman kita, orang yang baru kita kenal atau bahkan anak dan istri kita sendiri. Kita senang bisa lepas dari ganjalan emosi negatif tetapi orang lain sekarang jadi terluka hatinya.

Adakah cara lain selain memendam dan melampiaskan emosi negatif? Tentu saja ada. Dan inilah yang akan kita bahas. Cara ini sebenarnya telah ada dalam diri kita sejak anak-anak. Perhatikan seorang anak kecil yang sedang bermain dengan temannya. Ketika mereka bertengkar hebat berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk berbaikan kembali? Satu hari? Satu minggu? Satu bulan? Atau satu tahun? Anda benar! Tak lebih dari lima menit bukan?

Kemampuan anak kecil untuk melepas emosi negatif begitu cepat. Namun seiring dengan pertambahan usia kemampuan untuk melepas ini menjadi makin hilang dan sebagai gantinya kita memendam atau menekan dan melampiaskan emosi negatif kita. Apakah jadinya emosi negatif yang tak terselesaikan ini? Mental blok!

Bagaimana jika sekarang kita mengetahui bahwa ada banyak masalah yang mengganjal dalam diri kita? Bagaimana cara melepaskan emosi negatif tersebut? Keputusan untuk melepaskan emosi negatif sebenarnya ada pada diri kita. Kita tidak memerlukan emosi negatif tersebut untuk mencapai / memiliki / menjadi apa yang kita inginkan.

Sebelum anda membaca lebih jauh ketahuilah lebih dahulu empat hal yang mendasari sebuah keinginan. Empat hal inilah yang membuat kita sulit melepaskan emosi negatif kita. Apakah keempat hal tersebut? Yang pertama adalah keinginan untuk mengontrol / dikontrol. Ketika kita ingin mengontrol maka kita merasa tidak memiliki kontrol. Ini akan membuat kita terlihat memaksakan kehendak. Biasanya ditandai dengan pernyataan ,"harusnya kan seperti begini atau begitu?".

Ketika saya menjelaskan hal ini dalam sebuah pelatihan internal, yang sudah dibuat dalam format DVD dan bisa anda beli di web pribadi saya, sebagian besar peserta langsung mengiyakan dan mengerti mengapa selama ini mereka susah mencapai apa yang mereka inginkan. Rupanya keinginan untuk mengontrol ini membuat mereka tidak bisa melepaskan potensi alaminya.

"Saya harus mencapai impian saya!" adalah sebuah kalimat yang sering digunakan untuk memotivasi diri. Ketika sebuah target tak tercapai maka mereka biasanya mengatakan "Kok bisa ya! Harusnya kan …… ( begini atau begitu) ?"

Hal kedua yang melatarbelakangi emosi negatif yang muncul di balik sebuah keinginan adalah persetujuan / pengakuan / penerimaan / mencintai atau disetujui / diterima / diakui / dicintai. Saat kita ingin persetujuan / penerimaan maka kita merasa tidak memiliki penerimaan / persetujuan. Ketika kita melekat pada hal ini maka emosi negatif akan muncul. Entah itu perasaan dikianati yang berkembang jadi benci ataupun marah.

Atau bisa juga perasaan dianggap remeh yang berkembang menjadi merendahkan orang lain dan membuat kita merasa benar / psikosklerosis. Ujung-ujungnya adalah pembuktian diri yang didasari dengan emosi negatif, "Akan kubuktikan bahwa aku juga bisa melakukan yang lebih baik!", atau "Memangnya hanya dia yang bisa?", atau "Memangnya dia itu siapa? Baru tahu begitu saja sudah berlagak?" Dengan melepas keinginan untuk disetujui / diterima / diakui maka kita merasa penuh cinta dan dicintai sehingga tak perlu mencari ke luar diri kita.

Hal ketiga adalah kebutuhan mempertahankan rasa aman / homeostasis. Kemelekatan pada hal ini membuat kita merasa tak pasti yang bisa berkembang menjadi rasa takut yang bisa jadi menuntun kita untuk memaksakan kehendak dan menyakiti orang lain ataupun balas dendam. Dan jika sudah pada tahap akhir bisa berujung pada rasa frustrasi dan berkembang menjadi keinginan untuk mati. Bisa juga berkembang menjadi perasaan bersalah. "Seandainya dulu saya melakukan hal ini atau itu … pasti tidak begini jadinya". Ketika kita melepas perasaan ingin mempertahan rasa aman maka kita akan lebih nyaman dan aman berada di manapun tanpa menggerogoti keberadaan individu lain.

Hal keempat adalah keinginan untuk memisahkan diri / menjadi individu yang dianggap spesial. Ini mudah terjadi pada orang-orang yang mencari jalan spiritual atau yang termotivasi oleh keinginan semacam ini. Kemelekatan pada hal ini akan membuat kita tergelincir pada kultus individu dan kesombongan. Kita cenederung ingin membuktikan diri bahwa kita lebih baik, berbeda dari yang lain dan spesial. Kita seakan menyuarakan pada dunia, "Inilah saya. Biarkan saya sendiri melakukannya!" Ketika kita melepas keinginan untuk memisahkan diri / menjadi individu yang dianggap spesial maka kita akan merasa menjadi satu kesatuan dan terkoneksi dengan alam semesta tanpa kehilangan keunikan kita.

Ingatlah kemelekatan terhadap keempat hal itulah yang membuat emosi negatif timbul. Dengan melepaskan keinginan tersebut maka kita akan merasa bebas seperti anak kecil yang bebas mengekspresikan dirinya. Mereka bisa tertawa dan menangis kapanpun mereka mau dan setelah itu melupakannya. Mereka menikmati hidup saat ini tanpa didasari perasaan negatif tertentu seperti keempat hal di atas. Inilah kunci menuju kebebasan emosional.

Sekarang kita siap untuk melakukan Self-Releasing Technique dengan pemahaman terhadap uraian di atas. Ikutilah beberapa mekanisme sederhana berikut untuk melakukan self-releasing technique. Kunci untuk mencapai hasil optimal melakukan teknik ini adalah dengan berulang kali melakukannya kecuali anda bisa berada dalam kondisi relaksasi yang dalam sekali dan sudah mahir. Saya pribadi menggunakan teknik ini sudah hampir setahun baik untuk mengevaluasi diri sendiri maupun untuk menolong klien. Ketika dikombinasikan dengan hipnosis hasilnya menjadi jauh lebih efektif.

Inilah teknik dasar yang paling sederhana untuk melakukan Self-Releasing Technique :

  1. Mencari tempat tenang dan nyaman serta bebas gangguan
  2. Anda boleh melatarbelakanginya dengan musik lembut ataupun tidak sama sekali
  3. Duduklah dengan tegak namun tidak tegang usahakan serileks dan senyaman anda
  4. Setelah itu cobalah pikirkan sebuah kejadian / seseorang yang anda rasa akan menimbulkan emosi negatif jika terpicu oleh sesuatu. Muatan emosi negatif inilah yang akan anda lepaskan
  5. Tingkatkan intensitas emosi negatif ini dan buatlah perkiraan skala antara 0 – 10 dimana angka 10 menandakan sangat negatif
  6. Setelah itu perhatikan di balik emosi negatif ini sebenarnya ada keinginan apa yang melatarbelakanginya
  7. Adakah keinginan untuk mengontrol/dikontrol, atau keinginan untuk disetujui/diterima atau keinginan untuk mendapatkan rasa aman atau keinginan untuk memisahkan diri/dianggap sebagai individu spesial?
  8. Setelah tanyakan pada diri anda beberapa pertanyaan kunci berikut sampai anda merasa intensitasnya berkurang
    a. Apakah saya mau mengakui keberadaan perasaan ini?
    b. Maukah saya melepaskan emosi ini?
    c. Dapatkah saya melepaskannya?
    d. Bisakah saya melepaskannya?
    e. Kapan?
  9. Ulangi pertanyaan 8c, 8d dan 8e berulang kali setelah itu stop, tarik napas panjang, hembuskan dan rasakan intensitas emosi jika anda memikirkan kembali hal tersebut
  10. Ulangi kembali langkah no 8 jika merasa perlu
  11. Ulangi kembali beberapa hari ke depan dan setelah itu barulah pindah ke topik/permasalahan berikutnya
  12. Semakin sering anda melakukan pelepasan emosi negatif ini maka semakin bebaslah diri anda tanpa perlu khawatir kehilangan identitas dan keunikan diri.

Hal di atas adalah teknik yang sangat mendasar sekali untuk suatu sesi self-releasing. Jika anda rasa ada beberapa hal yang belum bisa tuntas dengan teknik tersebut maka artinya bukan tekniknya yang tidak jalan namun caranya yang perlu dimodifikasi dengan tingkat kedalaman tertentu. Untuk maksud tersebut diperlukan halaman lebih banyak guna menuliskan keterangan detailnya.

Sebagai sebuah teknik dasar saya sering juga menggunakannya untuk membantu klien menemukan akar permasalahannya pada pertemuan pertama. Dan banyak diantara mereka mendapatkan hasil yang signifikan dengan pertemuan pertama saja. Saya harap andapun demikian. Kuncinya adalah berlatih.


Written by Ariesandi Setyono

Psikosklerosis : The Greatest Power in Human Behaviour (2)

Masih ingat artikel sebelumnya? Homeostasis : The Greatest Power in Human Behaviour? Yaaa …… itu adalah mekanisme alamiah untuk menjaga agar kita tetap konsisten dengan diri sendiri. Terutama dengan cara kita bertindak dan berpikir di masa lalu. Dari artikel sebelumnya kita menyadari bahwa mekanisme homeostasis ini juga banyak manfaatnya.


Namun jika berbicara mengenai perubahan positif dan pengembangan diri maka mau tidak mau kita akan mendapat tantangan dari mekanisme ini. Mengapa begitu? Karena semua pertumbuhan dan pengembangan diri memerlukan upaya untuk keluar dari zona kenyamanan menuju sesuatu yang lebih besar dan lebih baik. Sebelum kita berbicara bagaimana mengatasinya maka kita akan tinjau dulu satu mekanisme lain yang tak kalah pentingnya.


Hambatan kedua terbesar dalam proses perubahan, setelah homeostasis, adalah apa yang disebut : Psikosklerosis. "Hah …… apaan lagi nih! Susah banget bacanya!"Marilah kita petik pelajaran dari seorang pasangan suami istri yang datang pada saya untuk minta nasihat bagaimana menghadapi anak perempuannya, yang berusia 7 tahun dan punya kebiasaan menggigit kuku dan mengompol.



"Begini Bu, dari pengamatan saya anak Ibu ini mengalami kecemasan cukup tinggi dan Ibu perlu ......", belum selesai saya berbicara tiba-tiba si Ibu memotong pembicaraan dengan suara kerasnya.

"Lho saya ini kurang perhatian apa Pak. Tidak mungkin dia cemas. Karena semua kebutuhannya kami penuhi dengan baik. Lagi pula saya selalu menemaninya dalam belajar. Seminggu sekali dia kami ajak jalan-jalan bersama kakak-kakaknya. Saya ini kurang apa lagi?", demikian si Ibu mengemukakan pendapatnya.

"Kecemasan itu bukan hanya berasal dari hal-hal yang Ibu sebutkan tadi. Bisa juga berasal dari tekanan yang Ibu berikan padanya ketika mengajarkan sesuatu", kata saya.

"Loh saya ini mengajarkan hal yang sama juga kok pada kakak-kakaknya. Mereka semua saya perlakukan dengan sama. Tapi kakak-kakaknya tidak ada masalah sedangkan dia kenapa jadi begini? Saya merasa tidak ada yang salah. Dan kalau saya tidak merasa bersalah apa yang harus saya perbaiki?", demikian katanya membela diri.

"Sebentar Ibu, memang Ibu berhak untuk tidak merasa bersalah dan ....... "

"Nah benar kan saya tidak bersalah. Berarti anak ini yang memang bermasalah, bukankah begitu?" kata si Ibu kembali memotong pembicaraan.

Itulah yang disebut psikosklerosis! Ya ....... bahasa sederhananya adalah : Pengerasan sikap. Hal ini berakar pada rasa takut dikarenakan kurangnya harga diri. Psikosklerosi adalah kecenderungan alami untuk jatuh cinta pada gagasan kita sendiri dan kemudian dengan gigih memeprtahankannya terhadap apa saja yang baru.

Lawan dari psikosklerosis adalah kelenturan, kemauan untuk mempertimbangkan segi pandangan lain, gagasan lain walau dengan kemungkinan menghadapi kenyataan bahwa kita bisa saja salah.

Kelenturan mental adalah pertanda kesehatan harga diri. Menunda sebuah komentar atau penilaian dan mempertimbangkan semua gagasan terlebih dahulu dalam sebuah situasi memungkinkan kita untuk melihat lebih banyak pilihan dari yang kita bisa bayangkan sebelumnya. Pendekatan seperti ini sangat penting dalam pemrograman mental untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik.

Satu alasan utama mengapa orang gagal dalam hidupnya adalah karena mereka terlalu kaku dan tidak lentur dalam gagasan mereka. Terutama gagasan tentang diri sendiri dan apa yang mungkin bagi mereka. Mereka mempertimbangkan dan mencari-cari alasan mengapa sesuatu tidak berjalan bagi mereka, bukannya mengapa sesuatu itu akan berjalan bagi mereka.

Dengan memahami hal ini diharapkan kesadaran diri kita akan tumbuh ketika menghadapi kenyataan yang mengharuskan kita berubah. Pada artikel berikutnya saya akan membahas bagaimana cara menyiasati kedua hambatan utama dalam proses perubahan ini.


Written by Ariesandi Setyono

Homeostasis: The Greatest Power in Human Behaviour (1)

Sepasang suami istri duduk di ruangan saya dengan raut wajah yang tegang. Mereka telah menikah selama sembilan tahun dan hendak memutuskan untuk melakukan perceraian. Namun masih ada setetes embun di hati mereka yang membuat mereka menemui saya. “Jika tak mengingat dua anak yang menjadi tanggung jawab saya maka saya akan langsung putuskan untuk meninggalkan suami saya” demikian istrinya berkata pada saya.

“Sebenarnya adakah hal positif yang ada pada diri suami Anda?” tanya saya pada sang istri.

”Hmmm ..... ya sebenarnya dia itu sabar dan baik. Dia mengurus banyak hal tanpa pernah mengeluh. Satu-satunya hal yang sering dia keluhkan adalah kecerewetan saya. Namun dia seringkali menyinggung perasaan saya. Saya adalah tulang punggung ekonomi keluarga. Saya sih tidak masalah dengan hal itu. Marilah kita sama-sama berbagi tugas sembari menunggu usahanya maju. Namun tindakannya yang menyinggung perasaan saya seringkali membuat saya muak dan benar-benar tak tahan. Dia tak pernah menghargai apa yang telah saya lakukan. Membanting tulang memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Bagaimanapun saya juga seorang wanita yang ingin merawat diri saya sendiri, ingin jalan-jalan ke mall dengan santai walaupun tak berbelanja, ataupun ingin bermanja-manja dengannya. Namun setelah semua pekerjaan yang telah saya lakukan saya tak pernah mendapatkan hal yang saya dambakan itu. Say benci tdak bisa menjadi diri saya sendiri. Setiap kali dia meminta maaf maka saya akan memaafkannya. Namun kata-kata maaf itu seakan menjadi kata kunci untuk kesalahannya. Dia terus mengulanginya lagi. Sampai kapan saya tak tahu. Saya jenuh menunggu perubahan yang ia janjikan. Perubahan dirinya maupun perubahan kondisi finansial kami. Saya bosan dengan janji-janjinya! Lebih baik kami berpisah saja!”, demikian semua kalimat itu meluncur deras tanpa bisa dibendung.

”Oke saya mengerti perasaan Anda. Bagaimana dengan anak-anak?” tanya saya.

”Itulah satu hal yang memberatkan saya. Saya tidak ingin anak saya mengalami kejadian yang tak menyenangkan. Saya tak ingin anak-anak saya memiliki orangtua yang bercerai. Tapi saya sudah tak kuat lagi!”, katanya sambil menguraikan air mata.

Beberapa saat setelah ia mulai bisa menenangkan diri maka saya berbicara dengan suaminya.

”Apa yang bisa saya bantu?” tanya saya pada suaminya.

”Ya itulah saya ini bingung. Saya selama ini tidak melakukan hal-hal yang aneh. Saya tidak main perempuan, saya tidak berjudi, saya tidak pernah keluar dengan teman-teman saya, bahkan merokok saja pun saya tidak suka. Sehari-hari saya hanya mengurus anak-anak. Dari mulai memandikan, memberi makan, mengantarnya sekolah, menjemputnya, mengajaknya main, dan menemani belajar. Namun setelah itu semua saya lakukan yang saya dapatkan adalah sikap uring-uringan dari istri tanpa sebab yang jelas. Saya pun tak ingin menjalani kondisi finansial seperti ini. Namun apa mau dikata semua usaha yang saya lakukan belum membuahkan hasil seperti yang kami harapkan”, demikian kata suaminya dengan wajah memelas.

”Menurut Bapak apakah tuduhan istri Anda yang mengatakan bahwa ia sering tersinggung dengan sikap Bapak itu benar?”, tanya saya berusaha mengklarifikasi data yang ada.

”Sejujurnya saya terkadang tak pernah merasa menyinggung perasaannya. Tapi jika meminta maaf bisa meredakan ha itu maka saya akan lakukan. Saya harus bagaimana lagi?”,sambungnya dengan nada masih memelas.

”Tapi sikapmu itu memang sering menyinggung perasaanku!”, tiba-tiba istrinya memotong dengan sikap sinis.

”Sebentar Ibu sabar dulu”, demikian saya berusaha menengahi mereka.

”Saya sudah sabar bertahun-tahun tanpa hasil. Sikapnya yang merasa tak bersalah inilah yang sering memicu saya untuk marah! Kondisi keuangan kami sudah memprihatinkan namun ia tak pernah melakukan usaha lebih keras demi kemajuan. Setelah mengantar anak sekolah ia pulang ke rumah dan tidur sampai siang!”, kata istrinya benar-benar seperti air bah yang tak bisa dibendung.

”Lalu saya harus melakukan apa. Semuanya kan tergantung pelanggan saya. Saya tak bisa memaksa mereka untuk melakukan pesanan jika mereka memang tak membutuhkannya, kan?”, kata suaminya berusaha membela diri.

”Baiklah mulai sekarang Anda hanya boleh bicara jika saya tanya, oke?”, kata saya mengambil kendali situasi yang tak menentu tersebut.

Setelah melakukan wawancara dengan keduanya saya pun mulai mendapatkan gambaran tentang apa yang bisa saya lakukan untuk membantu keduanya. Singkat cerita saya membantu mereka sebanyak tiga sesi terapi setelah menemukan akar masalahnya.

Permasalahan mereka sebenarnya adalah muatan emosi masa lalu yang terus dibawa-bawa. Muatan emosi negatif itu terpicu ketika seseorang melakukan hal yang mirip dengan pertama kali muatan emosi itu muncul dari sebuah pemaknaan.

Sang istri mudah sekali merasa tersinggung jika idenya ditolak. Bahkan untuk ide keluar makan malam yang ditolak pun ia bisa merasa tersinggung berat. Ia merasa harga dirinya direndahkan. Ia tahu bahwa marah tak menyelesaikan masalah. Namun setiap kali ia berusaha menahan rasa marahnya maka ia semakin ingin meledak. Dan akhirnya ........ meledak juga!

Hal ini bermula dari kejadian ketika sang istri, yang waktu itu masih seorang anak 5 tahun, disalahkan dan dimarahi oleh kakaknya. Rasa jengkel dan marah itu masih mengganjal dan dibawa terus sampai dewasa. Akibatnya ia mudah sekali merasa tersinggung. Jika dengan orang lain maka ia bisa menahan emosi negatif tersebut. Namun ketika sampai di rumah dan suami atau anak-anak . melakukan satu hal kecil saja yang bisa memicu memori tersebut maka tumpukan emosi negatif yang sudah menggunung tersebut akan langsung meledak tanpa ampun.

Ia tahu bahwa harusnya ia tak boleh seperti itu. Hal itu bisa merugikan perkembangan anak-anaknya. Namun keinginannya untuk berubah tak pernah kunjung kesamapaian. Baginya perubahan itu terasa sangat sulit dan memakan waktu cukup lama.

Masalah yang dialami pasangan di atas adalah salah satu dari sekian banyak masalah yang bisa kita jumpai sehari-hari. Muatan emosi negatif yang tak terselesaikan di masa kecil menjadi beban yang terus dibawa sampai di kehidupan dewasa.

Efek dari muatan emosi negatif tersebut bisa dirasakan di semua aspek kehidupan. Pada aspek relasi dengan pasangan, relasi dengan anak, kondisi finansial dan bahkan kesehatan.

Di samping itu ada sebuah daya lain yang tak kalah kuatnya yang menyebabkan perubahan perilaku susah dilakukan. Daya ini adalah ”homeostasis”. Homeostasis adalah suatu daya yang berusaha mengembalikan kita pada kondisi semula. Jika kita bicara perilaku manusia maka daya ini adalah musuh nomor satu dari perubahan. Setiap orang yang ingin berubah dan setiap terapis yang membantu kliennya untuk berubah harus bisa menghadapi homeostasis.

Ini seperti anda menarik sebuah karet gelang. Ada sebuah daya yang kasat mata yang menahan gerakan anda untuk meregangkan karet gelang tersebut. Itulah perubahan. Setiap kali kita ingin berubah maka kita merasa tak nyaman. Kita ingin kembali ke kondisi semula.

Pernahkah anda menemui seseorang yang mengeluhkan rekan kantornya yang brengsek, sistem manajemen kantor yang tidak bagus dan atasan yang semena-mena? Namun ia tetap bekerja di sana sampai bertahun-tahun kemudian. Ia tak berani keluar dari zona tersebut. Baginya walaupun merasa tak nyaman namun satu hal yang sudah pasti : ketidaknyamanan tersebut sudah bisa diukurnya. Daripada menghadapi resiko ketidaknyamanan yang lebih parah di tempat baru maka lebih baik di tempat lama.

Itulah homeostasis. Daya ini sangat luar biasa. Bekerja di pikiran bawah sadar. Setiap keinginan sadar kita untuk berubah mendapat tantangan yang besar. Bagaimanapun juga ada satu alasan positif yang didapat jika kita tidak berubah. Karena alasan inilah maka homeostasis ada. Hanya saja ini tidak sinkron dengan keinginan sadar kita.

Tantangan setiap terapis adalah membantu kliennya menyinkronkan program pikiran bawah sadar dan pikiran sadar. Jika ini bisa dilakukan maka perubahan adalah hal yang sangat mudah.

Satu hal yang perlu diingat adalah homeostasis ada di setiap level pencapaian kita. Ketika kita keluar dari sebuah habit lama dan masuk ke habit baru maka segera setelah itu kita masuk dalam sebuah zona kenyamanan yang baru. Zona ini menjadi tantangan lagi bagi perbaikan lebih lanjut.

Kita akan membahas bagaimana mengatasi homeostasis ini pada artikel berikutnya.


Written by Ariesandi Setyono

Becoming The Real Success

Try not to become a man of success but rather try to become a man of value
Albert Einstein


Barusan saya menerima telpon dari seorang pembaca buku Manage Your Mind for Success. Pak Budi, sebut saja begitu, bertanya mengenai jadwal seminar publik yang akan saya lakukan dalam waktu dekat. Setelah berbincang beberapa saat saya mendengar keluhan, ?Pak, saya merasa diri saya gagal. Bagaimana caranya agar bisa cepat sukses??.

?Pak, yang pertama saya ingin sampaikan adalah saya salut dan bangga karena mengenal Bapak. Bapak adalah orang sukses?, jawab saya. ?Pak Adi bercanda ya? Lha, saya yang merasa gagal kok malah dikatakan sebagai orang sukses?, tanyanya lagi dengan sedikit bingung.

?Begini ya Pak. Tidak ada yang namanya kegagalan. Bapak sejak lahir telah menjadi orang sukses. Sukses ada dua macam. Sukses mencapai keberhasilan dan sukses mencapai ketidak-berhasilan, yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai kegagalan?, jawab saya sedikit filosofis. ?Apa maksudnya? Kok saya baru dengar kalau ada namanya sukses mencapai ketidak-berhasilan atau kegagalan ??, tanyanya dengan penasaran.

Mungkin anda juga bingung membaca uraian di atas. Sebelum saya meneruskan cerita saya, kita perlu sepakat mengenai satu hal. Semua orang adalah orang sukses. Bedanya adalah ada yang sukses dalam mendapatkan atau mencapai apa yang ia inginkan. Dan ada yang sukses untuk tidak mencapai apa yang ia inginkan. Jadi, dengan kata lain, apapun yang kita capai, baik itu yang positip maupun yang ?negatip? sebenarnya adalah cermin keberhasilan kita.

Untuk menjawab pertanyaan Pak Budi saya lalu menceritakan mengenai cara kerja pikiran. Hal yang sama juga saya jelaskan saat menjawab email seorang Ibu dari Bandung, yang juga telah membaca buku-buku yang saya tulis. Ibu ini penasaran mengapa dalam lima buku yang saya tulis, saya selalu menekankan pentingnya memahami cara kerja pikiran.

Lalu, dari manakah sumber sukses atau gagal ? Semua bergantung pada skenario drama kehidupan (life script) yang berawal sejak kita dilahirkan. Bahkan ada pakar yang mengatakan bahwa bayi yang berada di dalam kandungan seorang ibu juga dapat mengalami ?programming?.

Seorang bayi hanya lahir hanya dengan dua rasa takut yaitu takut jatuh dan takut suara yang keras. Semua ketakutan lainnya, misalnya takut air, takut ketinggian, takut tikus, takut kecoa, takut sukses, takut gagal, takut matematika, takut ini, takut itu, adalah hasil pembelajaran. Sejak hari pertama kita dilahirkan, pikiran kita telah diprogram atau dikondisikan. Kita secara konsisten berinteraksi dengan orangtua, kawan, guru, rekan sebaya, dan siapa saja. Kita mengadopsi, secara sadar maupun tidak sadar, sistem kepercayaan, nilai-nilai hidup, keterbatasan dan gaya hidup mereka untuk kita pakai sebagai model dalam membentuk diri kita.

Dalam masa pertumbuhan, khusus usia 0 ? 7 tahun, kita menyerap apa saja ke dalam pikiran kita. Pada saat ini kita belum mempunyai informasi atau data-base yang dapat digunakan sebagai pembanding. Kita tidak tahu apakah yang kita serap itu adalah hal yang baik atau buruk, bermanfaat atau justru merugikan diri kita. Saat ini, pikiran kita berlaku seperti sepon yang sangat ?rakus? menyerap informasi apa saja yang ada di sekitar kita.

Setiap orang mencapai goal yang telah mereka tetapkan dan program ke dalam pikiran bawah sadarnya. Saat kita ?gagal? maka yang terjadi adalah kita berhasil, secara konsisten, mewujudkan program mental kita.

Anda pasti akan bertanya, ?Pak, kalau orang yang hidupnya miskin, nggak punya uang, apakah ini berarti mereka berhasil mencapai goal mereka? Bukankah ini tidak masuk akal? Mana ada orang yang mau hidup susah? Mana ada yang goalnya adalah hidup susah??

Orang yang hidupnya susah biasanya mempunyai program finansial yang salah. Salah dua pertanyaan penting yang selalu saya ajukan pada orang yang mengalami kesulitan finansial adalah, ?Apa perasaan anda mengenai uang??, ?Apa arti uang bagi hidup anda??. Dari jawaban mereka saya bisa tahu program mental yang mengendalikan kondisi keuangannya. Yang miskin biasanya menjawab, ?Uang adalah akar segala kejahatan. Orang kaya itu orang jahat. Orang kaya adalah orang yang suka memanfaatkan orang lain?.

Jawaban di atas menjelaskan mengapa orang itu tidak bisa berhasil secara finansial. Dia telah memutuskan, dengan program mental ini, untuk hidup miskin. Mengapa ? Karena ia tidak mau jadi orang kaya dan banyak uang. Orang kaya adalah orang jahat. Orang yang punya banyak uang adalah orang jahat. Program pikiran ini mengendalikan setiap aspek kehidupan finansialnya. Yang lebih parah lagi adalah ada orang yang sangat yakin bahwa orang miskin lebih mudah masuk surga daripada orang kaya. Sekarang anda jelas dengan maksud saya?

Seorang wanita, sebut saja Joan, 35 tahun, yang mengalami kesulitan keuangan, mendatangi seorang terapis untuk membantunya. Joan mempunyai penghasilan USD 200 per minggu. Sudah tentu income ini , untuk ukuran di Amerika, sangat sedikit jumlahnya. Selidik punya selidik, ternyata saat Joan masih kecil, berusia 7 tahun, ia begitu kagum pada ayahnya. Ayahnya mempunyai income USD 10.000 per tahun. Saat itu ia memutuskan akan menjadi seperti ayahnya.

Apa yang terjadi? Benar, ia berhasil mencapai income seperti ayahnya. Dalam 1 tahun ia mendapat sekitar USD 10.000. Hanya saja Joan tidak tahu, pada saat ia membuat keputusan itu, yaitu saat masih beusia 7 tahun, bahwa nilai uang berubah sejalan dengan waktu. Jumlah USD 10.000 sangat besar pada saat ia berusia 7 tahun. Namun jumlah yang sama mempunyai nilai yang jauh lebih kecil saat ia berusia 35 tahun. Goal ini ia tetapkan saat ia masih berusia 7 tahun dan ia berhasil mewujudkan impiannya.

Contoh lain adalah tentang Ani. Saat di kelas 1 SD Ani pernah mendapat masalah. Saat itu Ani mengerjakan ujian. Pada lembar soal tertulis, ?Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban singkat dan jelas?. Setelah membaca dengan saksama perintahnya Ani menjawab semua pertanyaan dengan jawaban, ?Singkat dan jelas?. Maksudnya, Ani menjawab soal no 1 dengan jawaban ?Singkat dan jelas?. Jawaban no 2 ?Singkat dan jelas?. Demikian seterusnya.

Gurunya Ani marah besar dan memberikan nilai nol. Orangtua Ani dipanggil ke sekolah. Pihak sekolah kemudian meminta orangtua Ani untuk membawa Ani ke psikolog karena si Ani dianggap bermasalah.

Dengan patuh orangtua Ani membawanya menghadap seorang psikolog untuk ?memperbaiki? Ani. Ternyata psikolog ini berhasil meyakinkan Ani bahwa Ani adalah anak yang pintar. Ani sama sekali tidak ada masalah.

Ani sangat terkesan dengan keramahan dan kebaikan psikolog ini. Saat itu Ani memutuskan bahwa kalau nanti ia besar, ia ingin menjadi seperti psikolog ini. Goal ini Ani tetapkan saat ia masih kelas 1 SD. Apa yang terjadi? Ani saat ini adalah seorang Doktor (S3) psikologi di salah satu universitas ternama di Jogja. Luar biasa bukan?

Oh ya, kalau anda jadi gurunya si Ani, berapa nilai yang akan anda berikan kepada Ani? Kalau saya, saya akan berikan nilai 100 (seratus) buat Ani. Ani sebenarnya telah menjawab dengan benar semua pertanyaan. Bukankah gurunya meminta murid untuk menjawab semua pertanyaan dengan jawaban ?Singkat dan jelas??

Setelah sadar bahwa semua adalah hasil dari program pikiran, yang sebenarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran (learn) , maka kita dapat secara sadar memprogram ulang (unlearn and relearn) pikiran kita.

Kita harus secara sadar memutuskan apa yang ingin kita capai. Saat kita secara sadar memutuskan apa impian kita yang sesungguhnya saat itulah kita memutuskan untuk menjadi The Real Success atau Sukses Sejati. Jadi, kita benar-benar mencapai apa yang kita inginkan dan bukannya mencapai apa yang tidak kita inginkan.


Written by Adi W. Gunawan